MADIUN, KOMPAS.com - Aji Mahmud (32) tak menyangka usaha ternak cacing tanahnya akan berbuah manis.
Pasalnya petani yang bermukim di lereng Gunung Wilis tepatnya di Desa Bolo, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur awalnya hanya iseng untuk mencoba meniru temannya yang sudah terlebih dahulu beternak cacing tanah.
Namun seiring waktu, berbekal ketekunannya Aji Mahmud berhasil membuktikan cacing jenis lumbricus rubellus ternyata dapat mendatangkan rejeki bagi keluarganya.
Sebagai langkah awal, karyawan sebuah pabrik gula di Kota Madiun itu menebar 20 kilogram bibit cacing yang dibelinya dari Kabupaten Malang, Jawa Timur beberapa bulan lalu.
Lalu dia menaburkan bibit cacing itu pada media tanah datar di pekarangan miliknya.
“Saya melihat teman saya ternak cacing tetapi jenisnya berbeda. Lalu saya coba di sini (desanya) tetapi saya memilih cacing yang cocok dengan alami di sini,” ujar Aji, Selasa (1/7/2025).
Baca juga: Dokter Ungkap Jenis Cacing Ini Bisa Menginfeksi Ginjal dan Liver, Apa Gejalanya?
Aji mengatakan budidaya cacing tanah mudah lantaran tidak membutuhkan teknologi tinggi.
Praktisnya, bibit cukup ditebar di atas tanah yang telah diratakan lalu diberi pakan berupa blotong (limbah) tebu. Selanjutnya disiram air secara rutin.
“Kalau musim kemarau disiram dua kali sehari. Namun saat musim hujan hanya cukup diberi makan saja,” jelas Aji.
Beberapa bulan kemudian, kata Aji, bibit cacingnya kini telah berkembang hingga satu ton.
Hasil budidaya cacing tanah Aji pun laris manis di pasaran.
Aji kini sudah mampu menyuplai pengepul tetap yang memanfaatkannya untuk pakan burung, umpan memancing, hingga bahan baku obat.
Baca juga: Ulik Cacing Laut Laor, Kuliner Maluku Utara yang Rasanya Kayak Caviar Dicampur Mentega
Harga jual cacingnya pun bervariasi.
Untuk pengepul, Aji menjual mulai Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per kilogram.
Sementara untuk pengecer dijual Rp 30.000 hingga Rp 40.000 per kilogramnya.