Salin Artikel

Dari Coba-Coba, Petani Lereng Gunung Wilis Sukses Ternak Cacing Tanah, Sekali Panen Raup Jutaan Rupiah

Pasalnya petani yang bermukim di lereng Gunung Wilis tepatnya di Desa Bolo, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur awalnya hanya iseng untuk mencoba meniru temannya yang sudah terlebih dahulu beternak cacing tanah.

Namun seiring waktu, berbekal ketekunannya Aji Mahmud berhasil membuktikan cacing jenis lumbricus rubellus ternyata dapat mendatangkan rejeki bagi keluarganya.

Sebagai langkah awal, karyawan sebuah pabrik gula di Kota Madiun itu menebar 20 kilogram bibit cacing yang dibelinya dari Kabupaten Malang, Jawa Timur beberapa bulan lalu.

Lalu dia menaburkan bibit cacing itu pada media tanah datar di pekarangan miliknya.

“Saya melihat teman saya ternak cacing tetapi jenisnya berbeda. Lalu saya coba di sini (desanya) tetapi saya memilih cacing yang cocok dengan alami di sini,” ujar Aji, Selasa (1/7/2025).

Aji mengatakan budidaya cacing tanah mudah lantaran tidak membutuhkan teknologi tinggi.

Praktisnya, bibit cukup ditebar di atas tanah yang telah diratakan lalu diberi pakan berupa blotong (limbah) tebu. Selanjutnya disiram air secara rutin.

“Kalau musim kemarau disiram dua kali sehari. Namun saat musim hujan hanya cukup diberi makan saja,” jelas Aji.

Beberapa bulan kemudian, kata Aji, bibit cacingnya kini telah berkembang hingga satu ton.

Hasil budidaya cacing tanah Aji pun laris manis di pasaran.

Aji kini sudah mampu menyuplai pengepul tetap yang memanfaatkannya untuk pakan burung, umpan memancing, hingga bahan baku obat.

Harga jual cacingnya pun bervariasi.

Untuk pengepul, Aji menjual mulai Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per kilogram.

Sementara untuk pengecer dijual Rp 30.000 hingga Rp 40.000 per kilogramnya.

Masa panen cacing tanah yang hanya membutuhkan waktu 2 hingga 3 bulan membuat Aji terus memperluas area budidayanya.

Bagi Aji, budidaya cacing tanah sangat menjanjikan ke depannya.

Terlebih modal yang dikeluarkan tidak banyak.

Selain itu, teknis budidayanya pun sederhana.

Dari hasil budidaya cacingnya itu, Aji kini mampu meraup uang jutaan rupiah sekali panen.

“Dalam waktu 2 sampai 3 bulan sudah bisa panen. Dan kalau medianya sudah penuh, sebagian cacingnya harus dipindah ke tempat baru agar optimal perkembangannya,” ujar Aji.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/01/224513578/dari-coba-coba-petani-lereng-gunung-wilis-sukses-ternak-cacing-tanah-sekali

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com