Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Tas Etnik yang Lahir di Surabaya: Dari Cinta, Kolaborasi dan Mimpi Sang Ibu

Kompas.com, 29 Juni 2025, 06:57 WIB
Suci Rahayu,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Di balik setiap produk kreatif yang memikat, seringkali tersembunyi kisah yang jauh lebih dalam dari sekadar warna dan bentuk.

Begitu pula dengan Etnapraya, brand tas etnik asal Surabaya yang kini mulai mencuri perhatian berkat karakter unik dan semangat lokal yang diusungnya.

Nama Etnapraya bukan sekadar label biasa yang mengandung makna personal dan emosional yang kuat bagi sang pendiri, Etty Soraya.

"Nama ini dari mama, karena pengen banget anaknya punya usaha," ujarnya kepada Kompas.com.

Dari suvenir ke brand tas

Kecintaannya terhadap tas bermula dari kebiasaan sederhana saat bepergian. Ia tidak pernah pulang dari suatu tempat tanpa membawa suvenir.

“Awalnya saya suka travelling dan tiap berkunjung ke kota lain, selain mencari kuliner, saya juga mencari beberapa suvenir. Terutama pouch bag,” kata perempuan yang sudah lama malang melintang di dunia industri kreatif dan public relation.

Baca juga: Langka, Lima Alat Musik Etnik Nusantara Berkolaborasi di Rangkasbitung, bak Alunan Musik dari Surga...

Kemudian ketertarikan ini berkembang menjadi ide bisnis. Ketika masih bekerja di Hotel Sheraton Surabaya, ia bahkan kerap membuat merchandise khusus berupa tas untuk tamu atau klien hotel.

Pengalaman ini semakin memperkuat keyakinannya bahwa ia bisa melangkah lebih jauh.

Selepas masa kontraknya, ia memutuskan benar-benar membangun sesuatu yang menjadi miliknya sendiri, Etnapraya.

Brand yang bukan hanya menjual tas, tapi juga menyimpan nilai, kolaborasi, dan mimpi.

Produksi lokal, semangat global

Bermodalkan pengetahuan akademis di bidang komunikasi dan industri kreatif, Etty Soraya merancang Etnapraya dengan konsep yang matang.

Semua produksi masih dilakukan di Surabaya, kota yang juga jadi sumber inspirasinya.

Material kulit sapi premium dipadukan dengan grafir batik modern, menjadikan setiap produk tampil eksklusif namun tetap berakar pada tradisi.

Bahkan, ia menggandeng pengrajin batik dari komunitas disabilitas Wistara, sebuah langkah yang menegaskan komitmennya untuk berkarya sekaligus memberi manfaat sosial.

“Kami ingin bukan hanya menjual produk, tapi juga menyisipkan nilai yang juga ada cerita di baliknya,” imbuhnya.

Seorang karyawan memamerkan produk UMKM berupa tas etnik dari Etnapraya asal Surabaya yang kini mulai mencuri perhatian berkat karakter unik dan semangat lokal yang diusungnya.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Seorang karyawan memamerkan produk UMKM berupa tas etnik dari Etnapraya asal Surabaya yang kini mulai mencuri perhatian berkat karakter unik dan semangat lokal yang diusungnya.

Kolaborasi lintas generasi

Dalam mengembangkan produknya, ia sadar bahwa zaman terus berubah dan tren cepat berganti.

Karena itu, ia tidak segan merangkul anak muda, termasuk mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

“Kenapa saya gandeng anak muda? Karena saya ingin mewadahi mereka dari ilmu-ilmu yang didapatkan semasa kuliahnya untuk mengembangkan produk industri kreatif."

"Kemampuan saya yang belum bisa sendiri, ya kenapa tidak untuk kolaborasi,” ujar Etty Soraya.

Kolaborasi ini menghasilkan ragam desain yang segar dan relevan dengan selera generasi muda.

Etnapraya bahkan meluncurkan berbagai series, mulai dari motif batik Suroboyoan yang khas, hingga tas-tas dengan sentuhan tenun dan kanvas.

Baca juga: Contoh Ragam Etnik dan Budaya Indonesia

Beberapa produk juga dirancang menjadi merchandise khas Surabaya, sebuah bentuk kontribusi nyata dalam menghadirkan oleh-oleh lokal yang tak hanya enak dilihat tapi juga bisa dikenang.

Membangun dari hati, bukan sekadar tren

Kini di tengah gempuran produk impor dan persaingan harga, ia tetap percaya bahwa produk lokal punya tempat istimewa.

Untuk itu ia menarget pasar perempuan usia 30 hingga 50 tahun, namun juga menyediakan koleksi untuk pria yang menghargai gaya dan kualitas.

Harga produknya berada di kisaran Rp 1 juta hingga Rp 5 juta, menyasar segmen menengah atas yang menghargai orisinalitas.

Tapi lebih dari sekadar angka, Etty Soraya menekankan pentingnya konsistensi, dukungan tim, dan kepercayaan sebagai fondasi utama.

“Tidak ada kata terlambat. Tapi memulai itu butuh support dan konsistensi sebagai pengusaha. Bagaimana membangun sumber daya manusia, kepercayaan, dan terus optimistis. Capek boleh, tapi tidak boleh pesimis,” sambungnya.

Selain itu sebagai warga Surabaya, ia ingin kota ini memiliki merchandise yang tak kalah ikonik dari kota-kota besar lainnya.

"Kebanyakan oleh-olehnya berupa camilan ya, seperti lapis kukus. Ada juga sih merchandise batik, tapi kadang masih berupa kain," pungkas Etty Soraya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau