Salin Artikel

Cerita Tas Etnik yang Lahir di Surabaya: Dari Cinta, Kolaborasi dan Mimpi Sang Ibu

Begitu pula dengan Etnapraya, brand tas etnik asal Surabaya yang kini mulai mencuri perhatian berkat karakter unik dan semangat lokal yang diusungnya.

Nama Etnapraya bukan sekadar label biasa yang mengandung makna personal dan emosional yang kuat bagi sang pendiri, Etty Soraya.

"Nama ini dari mama, karena pengen banget anaknya punya usaha," ujarnya kepada Kompas.com.

Dari suvenir ke brand tas

Kecintaannya terhadap tas bermula dari kebiasaan sederhana saat bepergian. Ia tidak pernah pulang dari suatu tempat tanpa membawa suvenir.

“Awalnya saya suka travelling dan tiap berkunjung ke kota lain, selain mencari kuliner, saya juga mencari beberapa suvenir. Terutama pouch bag,” kata perempuan yang sudah lama malang melintang di dunia industri kreatif dan public relation.

Kemudian ketertarikan ini berkembang menjadi ide bisnis. Ketika masih bekerja di Hotel Sheraton Surabaya, ia bahkan kerap membuat merchandise khusus berupa tas untuk tamu atau klien hotel.

Pengalaman ini semakin memperkuat keyakinannya bahwa ia bisa melangkah lebih jauh.

Selepas masa kontraknya, ia memutuskan benar-benar membangun sesuatu yang menjadi miliknya sendiri, Etnapraya.

Brand yang bukan hanya menjual tas, tapi juga menyimpan nilai, kolaborasi, dan mimpi.

Produksi lokal, semangat global

Bermodalkan pengetahuan akademis di bidang komunikasi dan industri kreatif, Etty Soraya merancang Etnapraya dengan konsep yang matang.

Semua produksi masih dilakukan di Surabaya, kota yang juga jadi sumber inspirasinya.

Material kulit sapi premium dipadukan dengan grafir batik modern, menjadikan setiap produk tampil eksklusif namun tetap berakar pada tradisi.

Bahkan, ia menggandeng pengrajin batik dari komunitas disabilitas Wistara, sebuah langkah yang menegaskan komitmennya untuk berkarya sekaligus memberi manfaat sosial.

“Kami ingin bukan hanya menjual produk, tapi juga menyisipkan nilai yang juga ada cerita di baliknya,” imbuhnya.

Kolaborasi lintas generasi

Dalam mengembangkan produknya, ia sadar bahwa zaman terus berubah dan tren cepat berganti.

Karena itu, ia tidak segan merangkul anak muda, termasuk mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

“Kenapa saya gandeng anak muda? Karena saya ingin mewadahi mereka dari ilmu-ilmu yang didapatkan semasa kuliahnya untuk mengembangkan produk industri kreatif."

"Kemampuan saya yang belum bisa sendiri, ya kenapa tidak untuk kolaborasi,” ujar Etty Soraya.

Kolaborasi ini menghasilkan ragam desain yang segar dan relevan dengan selera generasi muda.

Etnapraya bahkan meluncurkan berbagai series, mulai dari motif batik Suroboyoan yang khas, hingga tas-tas dengan sentuhan tenun dan kanvas.

Beberapa produk juga dirancang menjadi merchandise khas Surabaya, sebuah bentuk kontribusi nyata dalam menghadirkan oleh-oleh lokal yang tak hanya enak dilihat tapi juga bisa dikenang.

Membangun dari hati, bukan sekadar tren

Kini di tengah gempuran produk impor dan persaingan harga, ia tetap percaya bahwa produk lokal punya tempat istimewa.

Untuk itu ia menarget pasar perempuan usia 30 hingga 50 tahun, namun juga menyediakan koleksi untuk pria yang menghargai gaya dan kualitas.

Harga produknya berada di kisaran Rp 1 juta hingga Rp 5 juta, menyasar segmen menengah atas yang menghargai orisinalitas.

Tapi lebih dari sekadar angka, Etty Soraya menekankan pentingnya konsistensi, dukungan tim, dan kepercayaan sebagai fondasi utama.

“Tidak ada kata terlambat. Tapi memulai itu butuh support dan konsistensi sebagai pengusaha. Bagaimana membangun sumber daya manusia, kepercayaan, dan terus optimistis. Capek boleh, tapi tidak boleh pesimis,” sambungnya.

Selain itu sebagai warga Surabaya, ia ingin kota ini memiliki merchandise yang tak kalah ikonik dari kota-kota besar lainnya.

"Kebanyakan oleh-olehnya berupa camilan ya, seperti lapis kukus. Ada juga sih merchandise batik, tapi kadang masih berupa kain," pungkas Etty Soraya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/06/29/065714478/cerita-tas-etnik-yang-lahir-di-surabaya-dari-cinta-kolaborasi-dan-mimpi

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com