MALANG, KOMPAS.com – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan, KH Ahmad Fahrur Rozi menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris PT Gag Nikel, perusahaan yang mengelola pertambangan nikel di Pulau Gag, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, tidak terkait dengan PBNU.
Fahrur Rozi menyebut, jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris PT Gag Nikel itu bertindak sebagai pribadi.
“Saya tidak mewakili PBNU, tapi sebagai pribadi,” ungkapnya melalui pesan singkat, Selasa (10/6/2025).
Baca juga: Peneliti BRIN: Pulau Gag Seluas 6.500 Hektar, Punya Pelabuhan dan Lapangan Terbang
Sebelumnya, Fahrur, selaku anggota Dewan Komisaris PT Gag Nikel angkat bicara terkait polemik yang terjadi di Pulau Gag.
Fahrur berharap masyarakat mengkonsumsi berita resmi yang sah dari kementerian, dan tidak mudah percaya dengan informasi di media sosial terkait polemik pertambangan di Pulau Gag.
Fahrur mengungkapkan fakta di balik viralnya kampanye #SaveRaja Ampat oleh Greenpeace yang menampilkan keindahan Piaynemo berdampingan dengan foto dan video tambang nikel di Pulau Gag. Menurutnya, lokasi pertambangan berjarak sekitar 40 kilometer dari Piaynemo.
“Pulau Gag bukanlah destinasi wisata, melainkan wilayah dengan izin usaha pertambangan resmi yang dikelola oleh PT GAG Nikel. Izin eksplorasi di pulau ini telah berlaku sejak 1998, dan ditetapkan sebagai IUP (Izin Usaha Pertambangan) sejak 2017,” terangnya.
Baca juga: Ketua PBNU Selaku Komisaris PT GAG Nikel Angkat Bicara soal Polemik Tambang di Raja Ampat
Menurut Fahrur, foto yang beredar luas di media sosial yang menampilkan aktivitas pertambangan di Kabupaten Raja Ampat itu banyak foto hasil editan Al (artificial intelligence), yang seolah-olah menampilkan keindahan Piaynemo berdampingan dengan foto dan video tambang nikel di Pulau Gag.
“Akibat narasi ini, banyak yang mengira lokasi tambang berada di kawasan wisata,” katanya.
Padahal, lanjut Fahrur, secara geologi, Piaynemo adalah kawasan karst, yang tersusun dari batu gamping, bukan jenis batuan yang mengandung nikel. Sedangkan nikel umumnya ditemukan di batuan ultrabasa seperti laterit atau peridotit.
Baca juga: Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tidak Mau Tambang Nikel Pulau Gag Ditutup
“Artinya, secara ilmiah, wilayah seperti Piaynemo tidak memiliki potensi nikel dan tidak mungkin untuk ditambang,” jelasnya.
“Ini bukan soal pro atau kontra, tapi soal tanggung jawab menyebarkan informasi akurat. Narasi menyesatkan bisa merusak kepercayaan publik dan dimanfaatkan pihak tertentu untuk agenda lain, termasuk narasi separatis untuk 'memerdekakan Papua',” imbuhnya.
Pengasuh Pondok Pesantren An Nur 1, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang itu menekankan bahwa isu lingkungan tetap penting untuk menjadi perhatian. Namun harus disampaikan dengan jujur.
“Mari kita kawal dan lindungi Raja Ampat dengan menyebarkan fakta, bukan narasi menyesatkan dan manipulasi,” tegasnya.
Lebih lanjut, Fahrur menyebut bahwa PT Gag Nikel beroperasi dengan tertib sesuai Amdal dan patuh terhadap peraturan pemerintah tentang konservasi lingkungan, serta dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh tim Kementerian KLH dan instansi terkait.
“Selama ini tidak ada aturan yang dilanggar,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang