Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

51 Pemilik Pabrik Tahu di Sidoarjo Komitmen Tak Pakai Plastik Lagi untuk Bahan Bakar

Kompas.com, 16 Mei 2025, 18:35 WIB
Izzatun Najibah,
Icha Rastika

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Sebanyak 51 pengusaha tahu di Desa Tropodo, Kabupaten Sidoarjo, berkomitmen tidak akan menggunakan sampah plastik lagi sebagai bahan bakar produksi.

Komitmen tersebut tertuang dalam surat kesepakatan antara pengusaha tahu dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sidoarjo pada Rabu (14/5/2025) lalu.

Kepala DLH Sidoarjo, Bahrul Amig, mengatakan bahwa komitmen tersebut merupakan langkah tegas Pemkab yang melarang pengusaha tahu di Sidoarjo menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar.

Barang-barang yang dilarang, mulai dari sandal, sepatu, karet, bansol, styrofoam, dan sejenisnya yang berdampak pada asap pekat akibat proses pembakaran.

“Makanya untuk berkomitmen itu kan karena kita juga berikan pemahaman, ada konsekuensi hukum, ketika itu dilakukan terus-menerus, jadi ada konsekuensi,” katanya saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (16/5/2025).

Baca juga: Uya Kuya Adukan Pabrik Tahu di Surabaya yang Pakai Bahan Bakar Plastik ke BPOM

Menurutnya, asap pekat akibat pembakaran produksi menggunakan bahan plastik telah mengganggu kualitas lingkungan dan kesehatan warga sekitar.

“Jadi ini kan sebuah tindakan yang tidak bisa ditolerir lagi. Karena kita temukan fakta di lapangan, jadi tak semua menggunakan bahan-bahan seperti itu, dan juga ada beberapa yang juga sudah (tidak pakai plastik),” katanya. 

Berdasarkan laporan yang diterima oleh Pemkab Sidoarjo, 70 persen warga sekitar telah mengidap penyakit ISPA akibat adanya pembakaran produksi tersebut.

“70 persen itu yang terkena ISPA, tapi saya enggak bisa pegang sebagai data valid lah. Tapi itu kan juga sebuah ungkapan yang dikemukakan oleh warga mereka sendiri,” ujarnya. 

Amiq mengatakan, pihaknya telah mengangkut sampah plastik dan sejenisnya dari sejumlah pabrik tahu di Tropodo Sidoarjo ke dalam tujuh truk.

“Kita beri waktu seminggu dari tanda tangan komitmen. Kalau masih pakai plastik, kita akan melakukan pendekatan hukum sebagaimana UU Nomor 32 Tahun 2009," katanya.

Baca juga: 20 Tahun Bakar Sampah Plastik, Pabrik Tahu di Sidoarjo Timbulkan Polusi Berbahaya

Sebelumnya, Pemkab Sidoarjo menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor: 600.4/1341/438.5.11/2025 tentang pelarangan penggunaan sampah karet, spons, styrofoam sebagai bahan bakar di industri tahu di Desa Tropodo.

Mereka menemukan konsentrasi PM2.5 di tiga titik dalam radius 300 meter dari cerobong industri tahu di Dusun Klagen, Desa Tropodo, telah melebihi baku mutu.

Selain itu, tingkat risiko pajanan PM2.5 untuk masyarakat yang bermukim dalam radius kurang lebih 300 meter mencapai 19,8 (RQ > 1), yang menunjukkan bahwa pajanan PM2.5 telah berada pada tingkat yang sangat membahayakan kesehatan masyarakat.

Terlampauinya baku mutu udara ambien di Desa Tropodo salah satunya dikarenakan emisi udara yang dihasilkan dari kegiatan industri tahu yang menggunakan bahan bakar tidak ramah lingkungan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
Surabaya
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Surabaya
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
Surabaya
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Surabaya
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Surabaya
Kuasa Hukum: Korban Pencabulan Sempat Akan Akhiri Hidup, Namun Justru Diintimidasi Ponpes
Kuasa Hukum: Korban Pencabulan Sempat Akan Akhiri Hidup, Namun Justru Diintimidasi Ponpes
Surabaya
Kapolres Pacitan Ungkap Asal Uang Kakek Tarman yang Bagikan Rp 100.000 ke Tiap Tamu Saat Resepsi
Kapolres Pacitan Ungkap Asal Uang Kakek Tarman yang Bagikan Rp 100.000 ke Tiap Tamu Saat Resepsi
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau