SURABAYA, KOMPAS.com - Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya berencana melakukan mediasi antar pihak sekolah dengan orangtua siswa tewas akibat tersengat listrik.
Kepala Dispendik Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, pihaknya telah menghubungi SMP Katolik Angelus Custos dan orangtua korban, SSH (15), untuk mempertemukan keduanya.
"Kemarin sudah koordinasi, sudah telepon saja, belum ketemu sama Yayasan (Mardiwiyata). Menunggu ketemu yayasan dan orangtua," kata Yusuf, saat dikonfirmasi, Selasa (13/5/2025).
Baca juga: Siswa Tewas Tersetrum Listrik, Klaim Sekolah: Tidak Ada Unsur Pidana, Ini Hanya Kecelakaan
Dispendik Surabaya mengaku sudah pernah memanggil kedua belah pihak tersebut sebanyak 2 kali.
Akan tetapi, masih belum ada titik temu antar sekolah maupun keluarga korban.
"Orangtua paham kalau misalnya ini kejadian anak-anak itu, maksudnya paham lah. Tapi nampaknya sekolah ini perhatiannya yang diperlukan, saya harap sekolah juga proaktif," jelasnya.
Dengan demikian, Yusuf berharap, dalam pertemuan nanti permasalahan tersebut bisa segera diselesaikan.
Dia pun mengutamakan agar perkara bisa dituntaskan secara kekeluargaan.
"Harapan saya begitu (bisa diselesaikan), secara kekeluargaan, kepentingan anak enggak ada benar dan salah. Semoga terbaik untuk semua, segera lah, kasihan (korban)," kata dia.
Baca juga: 2 Kebijakan Eri Cahyadi di Surabaya yang Mirip dengan Gebrakan Dedi Mulyadi
Diberitakan sebelumnya, ayah korban, Tanu menyebut, awalnya anaknya berniat mengerjakan ujian praktik Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) dengan temannya, Senin (28/3/2025).
Kemudian, Korban bersama sejumlah temannya pun tiba di bangunan yang berada di kawasan Krembangan, tersebut sekitar pukul 11.23 WIB.
Namun, sekolahnya ketika itu sedang libur.
Oleh karena itu, korban serta beberapa temannya melihat tangga menuju kelasnya dalam kondisi ditutup.
Sedangkan, lapangan sekolah dipakai siswa SMA untuk kerja kelompok.
Baca juga: Operasi Pekat II Semeru Fokus Berantas Aksi Premanisme di Surabaya dan Sekitarnya
Tanu menyebut, sejumlah anak itu memutuskan untuk mengerjakan tugasnya di rooftop sekolah.