BANGKALAN, KOMPAS.com - Aksi pembegalan yang dilakukan oleh S (40) warga Desa Kranggan Barat, Kecamatan Tanah Merah, Bangkalan terus didalami.
S mengaku, mengenal dua pelaku lain saat mendekam di rumah tahanan (rutan) Medaeng, Surabaya.
Kapolres Bangkalan, AKBP Hendro Sukmono mengatakan, S merupakan residivis kasus serupa. Bahkan, ia pernah dua kali ditahan di dua tempat yang berbeda.
"Jadi pelaku ini pernah di tahan di Bangkalan tahun 2021 selama 2 tahun dengan kasus serupa. Setelah itu, tahun 2023 di tahan 1,1 tahun di Medaeng, Surabaya, karena mencuri motor di Kecamatan Genteng," kata Hendro, Jumat (2/5/2025).
Pelaku yang baru keluar penjara 8 bulan yang lalu ini mengaku mengenal dua pelaku yakni H dan R saat mendekam di rutan Medaeng.
Ketiganya saat itu mendekam di rutan setelah melakukan aksi pencurian motor.
"Kenal saat di Medaeng, lalu setelah keluar mereka kembali komunikasi dan bertemu melakukan pencurian itu," imbuhnya.
Baca juga: Motor Guru Korban Begal Ditemukan, Kadisdik Bangkalan: Jadi Kado Hardiknas untuk Maidatul
Saat melakukan aksi pembegalan guru di Desa Geger, Kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan, pada Senin (21/4/2025) lalu, pelaku membawa senjata tajam (sajam).
Senjata itu juga dibawa saat pelaku ditangkap dan melakukan perlawanan pada petugas menggunakan sajam. Akibatnya S dituntut pasal berlapis.
"Selain dituntut pasal 365 KUHP, pelaku juga dituntut undang-undang darurat karena membawa sajam. Untuk ancaman hukumannya 10 tahun," jelasnya.
Pada polisi, pelaku mengaku melakukan aksi pencurian itu untuk biaya hidup dan membayar utang.
Tak hanya itu, pelaku juga menggunakan hasil dari barang curiannya untuk membeli sabu.
"Untuk bayar hutang dan beli sabu pengakuannya," pungkasnya.
Sebelumnya, seorang guru kelas 5 SDN Lerpak 2, Kecamatan Geger, Maidatul Hasanah (31) warga Desa Geger menjadi korban pembegalan.
Peristiwa itu terjadi saat Maidatul pulang mengajar, Senin (21/4/2025).
Kejadian itu tak hanya membuat trauma Maidatul, sebab saat kejadian ia sedang membawa anaknya yang masih balita.
Bahkan, anak Maidatul menangis saat pelaku merampas paksa motor ibunya itu.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang