Editor
KOMPAS.com - Wakiyem (82) atau lebih dikenal Mbok Yem, meninggal dunia di kediamannya, Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan, Jawa Timur, pada Rabu (23/4/2025) siang. Meninggalnya Mbok Yem menyisakan duka bagi para pendaki Gunung Lawu.
"Benar, meninggalnya di rumah tadi sekitar pukul 13.30 WIB," kata juru bicara keluarga besar Mbok Yem, Syaiful Gimbal, melalui sambungan telepon.
Jenazah Mbok Yem disemayamkan di rumah duka dan dimakamkan di pemakaman umum desa setempat.
"Iya, ini akan langsung dimakamkan, masih menunggu prosesi memandikan dan akan dilanjutkan untuk dimakamkan di pemakaman desa," katanya.
Sebelumnya, pada awal Maret 2025, legenda Gunung Lawu itu dirawat di RSU Aisyiyah Ponorogo dengan diagnosa pneumonia atau peradangan akut pada jaringan paru-paru.
Mbok Yem dirawat oleh tiga dokter, yaitu dokter spesialis paru, spesialis penyakit dalam, dan dokter spesialis jantung.
“Sakitnya kompleks, dirawat oleh dokter spesialis paru, dalam, dan jantung. Saat ini sudah ada perbaikan, tapi ya naik turun, seperti kemarin tensinya sempat 90 mmHg, 110 mmHg,” kata dokter RSU Aisyiyah Ponorogo, Muh Arbain, pada Senin (10/3/2025).
Baca juga: Mbok Yem Sempat Ingin Berhenti Jaga Warung di Gunung Lawu dan Minta Mandi Sebelum Wafat
Saat dirawat di RSU Aisyiyah ini, banyak pendaki yang datang menjenguknya.
Sosok Mbok Yem sangat melekat di hati para pendaki Gunung Lawu. Setiap pendaki merasa sangat terkesan dengannya. Mbok Yem seperti pengayom bagi para pendaki.
Seperti yang dirasakan oleh Heri Susanto. Dia berjumpa dengan Mbok Yem saat mendaki Gunung Lawu pada 2014.
"Pendakian itu Mbok Yem sebagai tujuan camp karena di sana ada shelter-shelter untuk menginap. Kami mendaki tidak membawa tenda," jelas Heri, Rabu (23/4/2025).
Legenda Gunung Lawu Wakiyem (82) atau lebih dikenal Mbok Yem, meninggal dunia hari ini di kediamannya, Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan pukul 13:30 WIB. Mbok Yem sebelumnya turun gunung karena menderita pneumonia dan dirawat di RSU Aisyiyah Ponorogo.Menurut Heri, menu makanan yang disediakan di warung Mbok Yem cukup murah.
"Karena melihat akses logistik ke sana juga sulit, harga segitu tergolong murah. Waktu itu, nasi pecel telur harganya di bawah Rp 20.000. Selain pecel, kita juga dapat tempe. Untuk minum, harganya berbeda," ungkapnya.
Seorang Relawan Anak Gunung Lawu (AGL), Best Haryanto, mengaku mengetahui keberadaan warung Mbok Yem di Gunung Lawu sejak 1998.
"1998 aku naik itu sama orangtua, dan warung itu sudah ada di sana. Mungkin jualannya sudah ada sejak tahun 1980-an," kata Best.
Baca juga: Warung Mbok Yem Bukan Hanya Sekadar Tempat Pendaki Mengisi Perut
Nama Mbok Yem menjadi legenda di Puncak Gunung Lawu setelah membuka warung makan pertama di puncak Gunung Lawu sejak tahun 1980-an.
Pemilik nama asli Wakiyem tersebut menjadi legenda setelah menjadi jujugan para pendaki yang berada di puncak Gunung Lawu karena menyediakan tempat jualannya sebagai persinggahan pendaki yang kedinginan.
Warung Mbok Yem juga menyediakan makanan yang sangat murah meski berada di puncak Gunung Lawu.
Sumber dari berbagai artikel yang sudah tayang di Kompas.com
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang