BANYUWANGI, KOMPAS.com - Waktu telah beranjak sore, namun kesibukan justru makin terasa dari sebuah posko donor darah di Desa Rejoagung, Kecamatan Srono, Banyuwangi, Jawa Timur pada Sabtu (8/3/2025).
Meski berpuasa, ratusan orang berbondong-bondong datang untuk mendonorkan darahnya di Rumah Donor Rejoagung (RDR) yang itu setiap dua bulan sekali.
Satu per satu warga yang datang akan mengisi formulir yang berisi data diri dan riwayat kesehatan beberapa waktu terakhir, sebelum dites oleh tenaga medis terkait boleh tidaknya menjadi donor.
Menariknya, RDR yang menjadi jujugan warga untuk mendonoasikan darah itu didirikan secara swadaya oleh masyarakat dan merupakan satu-satunya rumah donor mandiri yang berdiri di Banyuwangi.
Baca juga: Jaga Ketersediaan Darah untuk RS di Jakarta, Fahira Idris Gelar Donor Darah
Pendirinya adalah Aipda Setyo Bijaksana, seorang anggota reserse kriminal (reskrim) Polresta Banyuwangi dengan dukungan dari istrinya, dr Khusnul Imama yang bekerja di sebuah rumah sakit swasta di Banyuwangi.
“Rumah donor ini sudah berdiri sejak 5 tahun lalu. Kegiatan donor rutin diadakan 2 bulan sekali, dan saat ini RDR sudah berusia 5 tahun 2 bulan,” kata Aipda Setyo.
Menggandeng Palang Merah Indonesia (PMI) Banyuwangi, Setyo merintis kegiatan sosial itu dengan tujuan mengajak masyarakat sekitarnya untuk berbuat baik untuk menolong sesama.
Menurutnya, berbagi kebaikan bisa dimulai dengan apa saja, bahkan dari tetes darah yang dimiliki dapat menolong sesama yang membutuhkan.
Setyo juga memastikan bahwa tidak ada kepentingan apa pun dan di balik kegiatan tersebut, melainkan keinginannya sendiri untuk mengajak masyarakat untuk dapat berguna bagi sesama.
“Walaupun kita tidak bisa memberikan materi, paling tidak kita memberikan sesuatu yang ada pada diri kita untuk membantu sesama,” tutur bapak dua anak itu.
Awal berdiri, ada 50 donor yang tergabung. Setyo dan istrinya rutin mengakomodasi hingga mengedukasi masyarakat untuk mendonasikan darah, melalui berbagai cara, mulai dari edukasi kesehatan hingga agama.
Hasilnya, warga yang awalnya takut jarum suntik, setelah mendapatkan edukasi, kini mereka bersedia dan datang sendiri untuk mendonasikan darahnya.
Selain mengedukasi warga, Setyo bahkan juga rela merogoh koceknya sendiri untuk menarik minat warga datang ke Rumah Donor Rejoagung.
Dia menyisihkan sebagian pendapatannya untuk kebutuhan logistik kegiatan tersebut.
“Dari PMI biasanya hanya dapat kacang hijau, kita stimulan pakai bakso,” ujarnya.