PONOROGO, KOMPAS.com - Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispertahankan) Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, memastikan, kematian ribuan ikan milik pembudidaya di Telaga Ngebel disebabkan oleh upwelling.
Kepala Bidang Peternakan, Kesehatan Hewan, dan Perikanan (PKHP) Dispertahankan Ponorogo, Siti Barokah, mengatakan, upwelling merupakan proses pergerakan air dari lapisan bawah telaga yang suhunya lebih hangat, yang naik ke permukaan dan menyebabkan sejumlah material di bawah telaga, seperti belerang dan amonia, naik ke permukaan telaga.
“Kemungkinan material di bawah itu ada unsur belerang dan setelah diperiksa ada unsur amonia juga yang ikut naik. Amonia ini sisa metabolisme flora dan fauna yang di bawah itu ikut naik,” ujarnya ditemui di ruang kerjanya, Jumat (7/2/2025).
Baca juga: Mengapa Ribuan Ikan Nila di Telaga Ngebel Ponorogo Mati dan Apa Dampaknya?
Siti Barokah menambahkan, pembudidaya sebetulnya memahami fenomena upwelling yang terjadi saat cuaca ekstrem dan pergantian musim, dan fenomena ini terjadi setiap tahun.
Namun, kesibukan para pembudidaya yang beraktivitas seperti membuka warung serta kegiatan pariwisata di Telaga Ngebel membuat mereka tidak waspada terhadap hal tersebut.
“Sebenarnya mereka sudah paham, tapi mereka kemarin belum melakukan tindakan lebih cepat karena ada weekend, sementara pekerjaan mereka tidak hanya budidaya ikan,” imbuhnya.
Baca juga: Fenomena Alam Jadi Penyebab Ribuan Ikan Nila Mati di Telaga Ngebel, Pembudidaya Rugi Besar
Fenomena upwelling, menurut Siti Barokah, bisa ditengarai dengan warna air telaga yang berubah menjadi kuning atau lebih gelap dari biasanya.
Untuk mencegah kerugian lebih besar, ia mengimbau pembudidaya untuk memanen lebih awal ikan yang dipelihara.
"Ketika ada tanda-tanda perubahan warna air telaga menjadi lebih gelap dari sebelumnya, pembudidaya bisa segera memanen ikan lebih awal untuk mengantisipasi kerugian yang lebih besar,” pungkasnya.
Sebelumnya, ribuan ikan nila yang dibudidayakan oleh pembudidaya di Telaga Ngebel, Kabupaten Ponorogo, mati karena fenomena alam upwelling.
Sejumlah pembudidaya ikan nila mengaku mengalami kerugian belasan hingga puluhan juta rupiah.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang