LUMAJANG, KOMPAS.com - Sebanyak tiga kecamatan di lereng Gunung Semeru dilanda hujan abu dengan intensitas sedang hingga tinggi.
Tiga kecamatan itu adalah Kecamatan Candipuro, Pronojiwo, dan Pasrujambe.
Akibat hujan abu, warga yang beraktivitas di sekitar lereng Gunung Semeru diimbau untuk menggunakan masker dan kacamata pelindung agar terhindar dari paparan debu vulkanik yang beterbangan.
"Dampaknya abu banyak beterbangan, masyarakat kami imbau pakai masker buat perlindungan pernapasan, dan kacamata agar tidak kelilipan karena debu," imbau Kepala Desa Supiturang Nurul Yaqin, Jumat (7/2/2025).
Baca juga: Jumat Pagi, Gunung Semeru Alami 3 Kali Erupsi, Kolom Abu Setinggi 700 Meter
Nurul Yaqin mengungkapkan, cuaca buruk di puncak Gunung Semeru sudah terjadi sejak Minggu (2/2/2025) dan mengakibatkan desanya diguyur hujan abu.
"Ini angin kencang yang terjadi di tebing-tebing Gunung Semeru membuat abu beterbangan sampai ke desa sini. Ini bukan karena erupsi, tapi longsor-longsor yang terjadi di tebing-tebing," jelasnya.
Baca juga: Puncak Gunung Semeru Diterjang Badai, 3 Kecamatan Terdampak Hujan Abu
Koordinator Pos Pantau Curah Kobokan Sugiyono menjelaskan, hujan abu disebabkan angin kencang yang menerjang kawasan puncak dan membuat material vulkanik Gunung Semeru yang masih mengendap di atas berguguran dan terhempas angin.
"Jadi material vulkanik dari letusan yang terjadi setiap hari yang masih di atas itu diterpa angin dan menyebabkan hujan abu," kata Sugiyono di Lumajang, Kamis (6/2/2025).
Selain membuat tiga kecamatan terdampak hujan abu vulkanis, kencangnya angin juga membuat kolom asap erupsi Gunung Semeru sulit teramati.
"Angin kencangnya juga membuat kolom asap letusan sulit diamati," tambahnya.
Kepala BPBD Lumajang Patria Dwi Hastiadi mengatakan, aktivitas vulkanik Gunung Semeru masih fluktuatif dan bisa erupsi kapan saja.
Namun, ia menyebut, aktivitas vulkanik Gunung Semeru yang terjadi selama ini masih dalam kategori normal.
Meski begitu, ia mengimbau kepada warga di sekitar lereng Gunung Semeru untuk waspada, utamanya yang beraktivitas di sungai yang berhulu dari puncak gunung.
Sebab, cuaca buruk yang terjadi belakangan berisiko memicu terjadinya banjir lahar dingin.
"Aktivitas vulkanik masih tergolong normal. Tapi harus tetap waspada. Utamanya saat hujan jangan beraktivitas di aliran sungai karena risiko banjir lahar sangat tinggi," jelasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang