SURABAYA, KOMPAS.com - Di ujung Jalan Ngagel Timur No. 20, sebuah basecamp kecil menyimpan cerita besar tentang harapan.
Save Street Child Surabaya (SSCS) bukan sekadar komunitas, melainkan rumah kedua bagi ratusan anak yang terabaikan.
Saat kota Surabaya masih bergelut dalam rutinitas sore, sekelompok pemuda dengan semangat membara mempersiapkan kegiatan mereka.
Baca juga: Relakan Tabungan Haji, Anggota Polres Salatiga Pilih Bangun TPA untuk Anak-anak
Humas dari Komunitas Save Street Child Surabaya, Ahmad Bagus Rohim (21) menceritakan perjalanan komunitas yang telah berdiri sejak 2011 ini dengan mata berbinar.
"Kita konsisten, bahkan ketika Covid-19 sekali pun," ujarnya bangga kepada Kompas.com, Jumat (31/1/2025) sore.
Saat ini, SSCS telah merangkul sekitar 210 anak jalanan di Surabaya, dengan fokus utama pada pemberdayaan dan pengembangan potensi.
Baca juga: Kisah Bripka Fahmi, Rela Sisihkan Gajinya untuk Hidupi 35 Anak Yatim di Semarang
Baca juga: Cerita Istri Korban, Sebelum La Jahari Dibunuh KKB di Yahukimo Papua Pegunungan
Bukan sekadar memberi makan atau perhatian, SSCS mencoba menyentuh akar permasalahan.
Mereka menciptakan ruang di mana anak-anak jalanan dapat mengeksplorasi minat dan bakat mereka.
Dari kelas komputer hingga kelas seni, dari fotografi hingga kewirausahaan, komunitas ini berusaha membuka jendela masa depan yang lebih cerah.
Baca juga: Kisah Basuki, Peternak Sapi Semarang yang Sukses Lawan PMK dengan Jamu
Rohim mengatakan, SSCS mempunyai lima lokasi kegiatan yakni:
"Setiap Jumat, kami berganti lokasi agar tidak ada rasa iri," kata dia.
Baca juga: Fenomena Manusia Silver di Yogyakarta dan Pendapatannya yang Disebutkan Melebihi ASN...
Tantangan terbesar mereka adalah membangkitkan semangat belajar pada anak-anak yang sudah "terlena".
Komunitas ini tak sekadar memberikan pengajaran, mereka juga memberikan harapan.
Kelas ekstrakurikuler yang mereka sebut "Kelas Merdeka" adalah bukti nyata.
Di sini, setiap anak bebas memilih minatnya, dari melukis, menari, hingga fotografi.
Baca juga: Penjelasan Manajemen Hotel Tentrem soal Polemik Penggunaan Foto Candi Prambanan