SURABAYA, KOMPAS.com - Putri sulung Abdurrahman Wahid, Alissa Wahid, menekankan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam kepemimpinan.
Itu dilontarkannya saat peringatan Haul ke-15 Gus Dur yang digelar di Masjid Muhammad Cheng Hoo, Surabaya, Minggu (19/1/2025) malam.
Meskipun masa jabatan Gus Dur sebagai Presiden ke-4 Indonesia berlangsung singkat, kurang dari dua tahun, prinsip-prinsip yang diusungnya tetap relevan bagi para pejabat pemerintahan saat ini.
Alissa mengungkapkan, "Kita bisa menjadi pemimpin yang selalu meletakkan kebaikan bersama kemaslahatan pengetahuan sebagai panggilan untuk menjadi Gus Dur."
Baca juga: Masyarakat Lintas Iman Warnai Haul Gus Dur di Surabaya
Ia menekankan bahwa keputusan seorang pemimpin seharusnya memberikan dampak positif bagi masyarakat, terutama bagi kelompok-kelompok marginal.
Lebih lanjut, Alissa menyoroti pentingnya kebijakan yang inklusif dalam organisasi dan pemerintahan.
"Kalau kita jadi pejabat, apakah kita membuat kebijakan untuk kemaslahatan bersama? Kalau kita bekerja untuk organisasi, apakah kita memajukan organisasi secara inklusif?" tanyanya.
Menggambarkan sosok ayahnya, Alissa mengenang Gus Dur sebagai pribadi yang mengabdikan diri untuk melayani masyarakat, mencerminkan prinsip Islam Rahmatal Lil Alamin.
"Karena itu beliau merasa wajib untuk mewujudkan Islam menjadi rahmat untuk semuanya. Bukan mengambil, tapi membuka seluas-luasnya," ungkapnya.
Baca juga: Pigai: Saya Satu-satunya Menteri yang Dibawa Gus Dur dari Papua
Sikap Gus Dur yang menolak diskriminasi dan mengedepankan humanisme juga menjadi sorotan.
Alissa menceritakan pengalaman di Papua, di mana masyarakat sempat menolak ajakan diskusi, tetapi akhirnya bersedia bertemu karena kedatangan Alissa sebagai putri Gus Dur.
"Karena itulah, Gus Dur mengatakan walaupun atas nama agama, khususnya Islam, tapi kalau melanggar hak-hak manusia dengan cara yang tidak berdaya, maka beliau paling depan melawan walaupun dicemooh oleh orang lain," tuturnya.
Alissa juga mengingatkan tentang kebijakan Gus Dur yang menghapus status tahanan politik (Tapol) dari KTP, yang menjadi simbol perjuangannya untuk keadilan bagi seluruh warga negara.
"KTP yang dulu ada tulisannya sudah tidak ada lagi. Jadi semua peran-peran yang diwujudkan untuk Indonesia yang adil bagi semua warga negara," ujarnya.
Baca juga: Veronica Tan hingga Gus Mus Hadiri Haul Ke-15 Gus Dur
Dalam penutup, Alissa berharap nilai-nilai kepemimpinan Gus Dur dapat menginspirasi setiap individu, tidak hanya dalam kapasitas sebagai pemimpin negara atau organisasi, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam memimpin keluarga.
"Kita melihat diri kita yang memimpin diri sendiri dan keluarga. Kita bisa melakukannya untuk membawa kebaikan bagi keluarga," tandasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang