LUMAJANG, KOMPAS.com - Setelah erupsi berupa letusan dan awan panas, Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali mengalami erupsi, Rabu (25/12/2024).
Berdasarkan laporan Pos Pemantauan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur, erupsi terjadi pukul 16.48 WIB, dengan kolom abu teramati 1.500 meter diatas puncak kawah.
Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 milimeter dan berdurasi 120 detik.
Baca juga: Gunung Semeru Erupsi, 2 Kecamatan di Lumajang Diguyur Hujan Abu
"Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Rabu, 25 Desember 2024 pukul 16.48 WIB dengan tinggi kolom abu teramati 1.500 meter diatas puncak," tulis petugas PPGA Semeru Sigit Rian Alfian dalam keterangan tertulis, Rabu (25/12/2024).
Erupsi kembali terjadi pukul 17.29 WIB, dengan tinggi kolom letusan 800 meter di atas puncak kawah Jonggring Saloko.
Disusul, 2 kali erupsi secara berurutan pukul 18.34 dan 18.37 WIB. Kedua erupsi ini tidak bisa terpantau secara visual karena Gunung Semeru tertutup kabut.
Baca juga: Gunung Semeru Erupsi, Luncurkan Awan Panas 3.000 Meter
Sebelumnya Gunung Semeru mengalami erupsi sekitar pukul 04.30 WIB dengan kolom letusan membumbung 1.000 meter dan disertai luncuran awan panas sejauh 3.000 meter menuju Besuk Kobokan.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Yudhi Cahyono mengatakan, erupsi yang terjadi masih dalam kategori normal.
Yudhi menambahkan, saat ini status aktivitas Gunung Semeru berada di level II atau waspada.
Meski begitu, ia mengimbau warga untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 8 kilometer dari puncak.
Baca juga: Erupsi Gunung Semeru Terjadi 2 Hari Pasca Dibukanya Kembali Jalur Pendakian
Di luar jarak tersebut, masyarakat juga dilarang melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
Terlebih, saat ini sekitar Gunung Semeru kerap diguyur hujan lebat yang beresiko menimbulkan banjir lahar.
"Waspada terhadap potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru," imbaunya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang