MAGETAN, KOMPAS.com – Logo Pilkada Kabupaten Magetan 2024 "Si Bolih" tiba-tiba berubah, dari mengenakan baju beskap motif pring sedapur menjadi tinggal mengenakan kaus hitam polos.
Salah satu komisioner yang ditemui di Kantor KPU Magetan mengaku pergantian logo dilakukan karena sejumlah pihak meributkan adanya kesamaan kostum bacalon dengan kostum "Si Bolih".
"Memang ada pergantian logo, tapi untuk konfirmasi langsung ke Pak Ketua KPU ya," ujar Komisioner yang menolak disebut namanya, di KPU Magetan Kamis (19/9/2024).
Sayangnya, upaya mencari penjelasan dari Ketua KPU Magetan Noviano Suyide tentang hal ini belum mendapat tanggapan.
Logo "Si Bolih" yang biasanya ditempatkan di ruang utama Gedung KPU Magetan juga terlihat sudah dipindahkan.
Baca juga: Datang Malam Naik Vespa, Hergunadi-Basusalam Daftar Pilkada Magetan
Sementara, banner di videotrone logo "Si Bolih" telah berganti kostum dengan mengenakan kaos hitam.
Lalu, dari laman kab-magetan.kpu.go.id ŧerdapat informasi KPU Kabupaten Magetan resmi meluncurkan maskot, jingle, dan tagline untuk Pilkada Magetan 2024, pada Rabu (5/6/2024) lalu.
Logo lama Pilkada Magetan Si Bolih yang mengenakan beskap. Fahrudin yang saat itu menjabat Ketua KPU Magetan mengatakan, maskot "Si Bolih" atau Bolu Memilih adalah Maskot Pemenang lomba yang merupakan karya dari Hernawan Windaryanto, warga Kabupaten Magetan.
"Si Bolih" memiliki filosofi kue khas Magetan yang dijadikan rebutan saat peringatan hari jadi Kabupaten Magetan.
Masyarakat Magetan percaya bahwa siapa saja yang mendapatkan kue bolu akan mendapat berkah sepanjang tahun.
Baca juga: Pendaftar Pertama Pilkada Magetan, Sujatno-Ida Yuhana Lolos Berkas
Pengamat Politik dari Local Government and Political Research Institute (Logopori) Kabupaten Magetan, Muries Subiantoro menyampaikan pandangannya.
Dia mengatakan, semua pihak harus punya sense of crisis atau kepekaan dalam kontek sosial dan politik terkait penentuan logo Pilkada Kabupaten Magetan 2024.
Terkait adanya bapaslon yang berpakaian menyerupai "Si Bolih", hal tersebut harusnya sudah bisa diantisipasi oleh penyelenggara.
"Saya yakin satu sisi penyelenggara tidak ada niatan untuk menguntungkan salah satu paslon, kebetulan baju maskot hampir sama dengan salah satu kandidat," kata dia.
Sebagai penyelenggara, menurut Muries, KPU harus berhati-hati menyikapi sejumlah kritik dari masyarakat terkait kesamaan kostum ini.
"Temen-temen KPU harus peka, tidak seperti saat ini ketika sudah terjadi, kedandapan (terkejut). Itu harusnya sudah bisa dilakukan antisipasi ketika punya kepekaan yang tinggi."
"Penyelenggara itu berhati-hati saja banyak yang mengkritisi apalagi temen-temen tidak peka bakal mudah untuk tersulut," ucap dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang