SITUBONDO, KOMPAS.com - Pengelola Taman Nasional Baluran di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur (Jatim) memberlakukan sistem buka tutup baru-baru ini. Hal ini lantaran sering terjadi kebakaran lahan selama musim kemarau.
Pada Minggu (18/8/2024) pagi terjadi kebakaran sehingga kunjungan wisata sempat ditutup sementara.
Kepala Taman Nasional Baluran, Johan Setiawan menyatakan pihaknya sengaja melakukan penutupan pada Minggu (18/8) akibat adanya kebakaran lahan di dekat Savana Bekol. Namun penutupan kunjungan wisata telah dicabut pada sore harinya.
Baca juga: Kebakaran Hebat di Pasar Kutoarjo, 4 APAR Tak Berfungsi
"Pagi terjadi kebakaran namun sorenya kami buka lagi karena kebakaran sudah teratasi dengan baik. Jika sewaktu-waktu ada kebakaran maka portal kami tutup kembali," ucapnya kepada Kompas.com pada Senin (19/8/2024).
Dia menyatakan tidak bisa memastikan kebakaran tersebut bisa teratasi dengan baik atau tidak. Sehingga untuk meminimalisir terjadinya risiko maka kunjungan wisata ditutup sementara.
"Jika kebakaran selesai dan kami anggap aman maka kunjungan dibuka kembali," katanya.
Menurutnya, kondisi hutan jati di Taman Nasional Baluran sekarang sedang meranggas atau menggugurkan diri. Daun-daun yang gugur tersebut menjadi bahan yang mudah terbakar.
"Sebenarnya tidak hanya daun jati yang mudah terbakar, namun ilalang kering juga mudah terbakar. Kami berharap warga dan pengunjung tidak berperilaku yang menyebabkan kebakaran seperti buang rokok sembarangan," katanya.
Dalam data yang dihimpun pengelola Taman Nasional Baluran kebakaran lahan dan hutan diperkirakan telah mencapai 50 hektar. Kondisi tersebut akan terus bertambah selama musim kemarau terus melanda.
"Untuk cuaca disini (Savana Bekol) cukup panas, jam 11.00 WIB sampai 13.00 WIB suhu mencapai 35 derajat celsius," tuturnya.
Diketahui, Taman Nasional Baluran memiliki luas hutan 25 ribu hektar. Dengan pembagian untuk zona inti 12 ribu hektar, zona rimba 5 ribu hektar, zona pemanfaatan intensif 800 hektar, zona pemanfaatan khusus 5 ribu hektar, dan zona rehabilitasi 783 hektar.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang