Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adiknya Tewas Dikeroyok 9 Orang di Situbondo, Kakak: Pelaku Sudah Merencanakan Pembunuhan Ini

Kompas.com, 29 Mei 2024, 09:05 WIB
Pythag Kurniati

Editor

SITUBONDO, KOMPAS.com- Seorang siswa MTs di Kecamatan Banyuglugur, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur bernama Muhammad Fahri Gufron (15) tewas dikeroyok oleh sembilan orang.

Sang kakak bernama Novisa Dian Pratiwi meyakini bahwa kejadian yang menimpa sang adik bukan pengeroyokan biasa.

Baca juga: Sempat Koma, Siswa MTs di Situbondo Meninggal Usai Dikeroyok 9 Anak Sebaya

Para pelaku disebut telah merencanakan pembunuhan terhadap adiknya.

"Nyawa dibayar nyawa. Mereka (pelaku) merencanakan pembunuhan ini, buktinya chatting-an WhatsApp dan membawa pedang," kata dia kepada Kompas.com, Selasa (28/5/2024).

Baca juga: Bocah 15 Tahun di Situbondo Meninggal Usai Dikeroyok, 9 Pelaku Terancam Penjara 15 Tahun

Terima pesan WhatsApp

Ilustrasi WhatsAppFreepik Ilustrasi WhatsApp

Novi mengungkap, sebelum pengeroyokan terjadi, adiknya menerima pesan WhatsApp dari sebuah nomor baru.

Isi pesannya berupa penghinaan dan ajakan pada korban untuk berkelahi.

"Adik saya awalnya di-WhatsApp dari nomor baru dan diajak berkelahi, isi chat-nya penghinaan terhadap ibu kami, dan ajakan bertengkar di lapangan," paparnya.

Saat mendatangi tempat yang disebutkan, sang adik dikeroyok beramai-ramai.

Baca juga: Siswi SD di Ambon Jadi Korban Pengeroyokan Sesama Temannya hingga Sesak Napas

"Kalau bertengkar biasa ya berkelahi satu lawan satu, namun ini menganiaya ramai-ramai dan menyebabkan adik saya meninggal," ujarn Novi.

Fahri meninggal setelah sempat mendapatkan perawatan di RSUD Waluyo Jati Probolinggo karena banyaknya luka hantaman di bagian kepalanya.

"Kami berharap pelaku dihukum mati," kata dia.

Baca juga: Bocah 15 Tahun di Situbondo Meninggal Usai Dikeroyok, 9 Pelaku Terancam Penjara 15 Tahun

Pengeroyokan

Sebelumnya Fahri dikeroyok dan meninggal pada Minggu (26/5/2024).

Kasat Reskrim Polres Situbondo AKBP Momon Suwito mengungkapkan, ada sembilan orang yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka pengeroyokan.

"Sembilan pelaku ini kami kenakan pasal kekerasan terhadap anak yang berujung kematian, ancaman penjara maksimal 15 tahun," ucap AKP Momon Suwito, Selasa (28/5/2024).

Momon mengungkap, pemicu perngeroyokan tersebut adalah maslaah pribadi.

Salah satu pelaku dan korban sudah saling kenal. Kemudian di antara mereka terjadi perselisihan.

"Kakak dari salah satu pelaku ini sebelumnya pernah berkelahi dengan korban, si adiknya ini takut kalah dan mengajak teman-temannya dan berjanjian ketemuan di lapangan lalu dikeroyok," katanya.

Sumber: Kompas.com (Ridho Abdullah Akbar)


Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau