Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta di Balik Penemuan Mayat Perempuan Dalam Karung di Kediri, Ayah Korban Menghilang

Kompas.com, 11 Juli 2023, 14:04 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - DLK (20), perempuana sal Desa Bangle, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur ditemukan tewas dalam karung pada Sabtu (8/7/2023) pagi.

Mayat DLK ditemukan di areal persawahan pinggir jalan raya di Desa Bulu Pasar, Kecamatan Pagu, Kediri.

S (39), pemilik sawah sempat mengira karung tersebut berisi batok kelapa. Namun saat karung disobek, S kaget melihat ada kaki manusia.

Ternyata dua hari sebelumnya, warga lain berinisial H telah menemukan karung tersebut di dalam saluran irigasi.

Karena mengganggu aliran air, maka H memindahkannya ke pematang sawah hingga akhirnya ditemukan oleh S.

Baca juga: Fakta-fakta Temuan Mayat Perempuan Dalam Karung di Kediri, Diduga Masih Hidup Saat Dibuang

Sang ayah menghilang

DLK adalah anak tunggal Sulastri (47) dan S (48). Sejak sang anak ditemukan meninggal dunia, S tak ditemui keberadaannya.

Dikutip dari Surya.co.id, Sulastri, ibu korban syok dengan kematian sang putri tunggalnyanya.

Sulastri bercerita ia terakhir kali bertemu dengan DLK pada Rabu (5/7/2023) siang saat putrinya pulang istirahat dari tempat kerjannya.

Di hari yang sama Sulastri dan sang suami, takziyah ke rumah saudara di Blitar. Saat itu Sulastri menginap satu malam, sementara suaminya pulang ke Kediri.

Baca juga: Misteri Kematian Perempuan dalam Karung di Kediri, Kecurigaan ke Ayah Korban hingga Dugaan Pemerkosaan

Keesokan harinya, Sulastri dijemput oleh suaminya untuk pulang. Namun di rumah, ia tak mendapati sang putri.

Kepada Sulatri, S mengatakan anak mereka mendapatkan pekerjaan baru di Lamongan. Bahkan S sempat pamit untuk mengantar baju ganti untuk DLK.

Sulastri mengaku ragu dengan pengakuan suaminya. Apalagi DLK tak pernah bercerita rencana bekerja ke Lamongan.

Setelah itu sang suami pergi dengan alasan mengantar baju DLK dan hingga saat ini tak diketahui keberadaannya.

Belakang Sulastri mendapatkan kabar jika putrinya ditemukan meninggal terbungkus karung di Desa Bulupasar.

Baca juga: Kasus Mayat dalam Karung di Kediri, Dugaan Pemerkosaan Didalami

Hilangnya sang suami membuat Sulastri curiga S terlibat atas kematian anaknya sendiri.

Menurut Sulastri, suaminya bekerja sebagai bekerja di peternak ayam di Kabupaten Blitar sebagai pengantar telur keluar kora.

Sulastri berharap aparat kepolisian segera menangkap pelaku yang telah membunuh putrinya.

"Anak saya baik dan sudah bekerja," ungkapnya.

Pergi bawa motor sewaan dan ponsel korban

Sementara Maryono (68), kakek korban yakin pelaku yang menghabisi putrinya adalah menantunya sendiri, S.

Ia mengatakan S menghilang membawa motor sewaan yang bisa dipakai korban bekerja sejak Kamis (6/7/2023). Selan itu S juga membawa ponsel milik korban.

"Cucu saya dianiaya di dalam kamar. Saat saya pulang pengajian kamarnya masih gelap, sepeda motor dan helm juga tidak ada," jelasnya.

Diungkapkan Maryono, menantunya memang sering mengancam cucunya saat meminta diberi uang.

"Cucu saya sering cerita diancam ayahnya," ujarnya.

Baca juga: Sosok Perempuan yang Ditemukan Tewas dalam Karung di Kediri, Dikenal Mandiri

Maryono juga tidak habis pikir mengapa menantunya tega menghabisi nyawa anak kandungnya sendiri.

"Mungkin orangnya dendam dengan saya, karena cucunya memang sering mengadukan perlakuan ayahnya kepada saya," ungkapnya.

Dengar suara jeritan

Sementara itu Baharuddin (442), paman korban yang tinggal di sebelah rumah korban mengaku sempat mendengar suara jeritan dari rumah S.

Suara jeritan itu didengar pada Rabu (5/7/2023) malam saat akan berangkat mengikuti pengajian.

"Suaranya seperti orang menjerit-jerit," ungkapnya.

Karena akan mengikuti pengajian, Bahrudin tidak begitu memperhatikan. Selain itu juga mengira di dalam rumah juga ada ibu korban.

Bahrudin juga sempat memergoki S yang diduga menghabisi korban saat akan naik sepeda motor.

Baca juga: Karung Berisi Jasad di Kediri Sempat Dipindahkan, Warga Tak Sadar Ternyata Berisi Mayat Perempuan

Saat itu S terlihat membawa bungkusan tas kecil.

Sementara itu paman korban yang lain, Suprianto mengatakan keluarga menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini kepada kepolisian dan berharap segera terungkap pelakunya.

"Harapannya cepat ketemu (terungkap pelakunya). Terus kalau ketemu agar dihukum setimpal sesuai hukum yang berlaku," ujar Suprianto dalam sambungan telepon dengan Kompas.com, Senin (10/7/2023).

Suprianto tidak menampik bahwa keluarga mencurigai S, yang merupakan ayah kandung korban, sebagai pelaku pembunuhan itu.

Dugaan itu karena S merupakan orang terakhir yang membawa pergi korban.

"Kemungkinan ya bapaknya, karena yang membawa pergi adalah bapaknya," lanjutnya.

Baca juga: Kronologi Penemuan Mayat Wanita dalam Karung di Kediri, Sempat Dikira Batok Kelapa

Ia mengatakan sehari-hari S kerap memarahi korban. Selain itu S yang jarang pulang kerap meminta uang ke anaknya.

Apalagi, hingga saat ini, dalam situasi berdukacita, S tidak pernah pulang sehingga tidak diketahui lagi keberadaannya.

"(Bapaknya) Belum ditemukan." pungkas Suprianto.

SUMBE: KOMPAS.com (Penulis: M Agus Fauzul Hakim | Editor : Andi Hartik), Surya.co.id

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau