Salin Artikel

Fakta di Balik Penemuan Mayat Perempuan Dalam Karung di Kediri, Ayah Korban Menghilang

Mayat DLK ditemukan di areal persawahan pinggir jalan raya di Desa Bulu Pasar, Kecamatan Pagu, Kediri.

S (39), pemilik sawah sempat mengira karung tersebut berisi batok kelapa. Namun saat karung disobek, S kaget melihat ada kaki manusia.

Ternyata dua hari sebelumnya, warga lain berinisial H telah menemukan karung tersebut di dalam saluran irigasi.

Karena mengganggu aliran air, maka H memindahkannya ke pematang sawah hingga akhirnya ditemukan oleh S.

Sang ayah menghilang

DLK adalah anak tunggal Sulastri (47) dan S (48). Sejak sang anak ditemukan meninggal dunia, S tak ditemui keberadaannya.

Dikutip dari Surya.co.id, Sulastri, ibu korban syok dengan kematian sang putri tunggalnyanya.

Sulastri bercerita ia terakhir kali bertemu dengan DLK pada Rabu (5/7/2023) siang saat putrinya pulang istirahat dari tempat kerjannya.

Di hari yang sama Sulastri dan sang suami, takziyah ke rumah saudara di Blitar. Saat itu Sulastri menginap satu malam, sementara suaminya pulang ke Kediri.

Keesokan harinya, Sulastri dijemput oleh suaminya untuk pulang. Namun di rumah, ia tak mendapati sang putri.

Kepada Sulatri, S mengatakan anak mereka mendapatkan pekerjaan baru di Lamongan. Bahkan S sempat pamit untuk mengantar baju ganti untuk DLK.

Sulastri mengaku ragu dengan pengakuan suaminya. Apalagi DLK tak pernah bercerita rencana bekerja ke Lamongan.

Setelah itu sang suami pergi dengan alasan mengantar baju DLK dan hingga saat ini tak diketahui keberadaannya.

Belakang Sulastri mendapatkan kabar jika putrinya ditemukan meninggal terbungkus karung di Desa Bulupasar.

Hilangnya sang suami membuat Sulastri curiga S terlibat atas kematian anaknya sendiri.

Menurut Sulastri, suaminya bekerja sebagai bekerja di peternak ayam di Kabupaten Blitar sebagai pengantar telur keluar kora.

Sulastri berharap aparat kepolisian segera menangkap pelaku yang telah membunuh putrinya.

"Anak saya baik dan sudah bekerja," ungkapnya.

Pergi bawa motor sewaan dan ponsel korban

Sementara Maryono (68), kakek korban yakin pelaku yang menghabisi putrinya adalah menantunya sendiri, S.

Ia mengatakan S menghilang membawa motor sewaan yang bisa dipakai korban bekerja sejak Kamis (6/7/2023). Selan itu S juga membawa ponsel milik korban.

"Cucu saya dianiaya di dalam kamar. Saat saya pulang pengajian kamarnya masih gelap, sepeda motor dan helm juga tidak ada," jelasnya.

Diungkapkan Maryono, menantunya memang sering mengancam cucunya saat meminta diberi uang.

"Cucu saya sering cerita diancam ayahnya," ujarnya.

Maryono juga tidak habis pikir mengapa menantunya tega menghabisi nyawa anak kandungnya sendiri.

"Mungkin orangnya dendam dengan saya, karena cucunya memang sering mengadukan perlakuan ayahnya kepada saya," ungkapnya.

Dengar suara jeritan

Sementara itu Baharuddin (442), paman korban yang tinggal di sebelah rumah korban mengaku sempat mendengar suara jeritan dari rumah S.

Suara jeritan itu didengar pada Rabu (5/7/2023) malam saat akan berangkat mengikuti pengajian.

"Suaranya seperti orang menjerit-jerit," ungkapnya.

Karena akan mengikuti pengajian, Bahrudin tidak begitu memperhatikan. Selain itu juga mengira di dalam rumah juga ada ibu korban.

Bahrudin juga sempat memergoki S yang diduga menghabisi korban saat akan naik sepeda motor.

Saat itu S terlihat membawa bungkusan tas kecil.

Sementara itu paman korban yang lain, Suprianto mengatakan keluarga menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini kepada kepolisian dan berharap segera terungkap pelakunya.

"Harapannya cepat ketemu (terungkap pelakunya). Terus kalau ketemu agar dihukum setimpal sesuai hukum yang berlaku," ujar Suprianto dalam sambungan telepon dengan Kompas.com, Senin (10/7/2023).

Suprianto tidak menampik bahwa keluarga mencurigai S, yang merupakan ayah kandung korban, sebagai pelaku pembunuhan itu.

Dugaan itu karena S merupakan orang terakhir yang membawa pergi korban.

"Kemungkinan ya bapaknya, karena yang membawa pergi adalah bapaknya," lanjutnya.

Ia mengatakan sehari-hari S kerap memarahi korban. Selain itu S yang jarang pulang kerap meminta uang ke anaknya.

Apalagi, hingga saat ini, dalam situasi berdukacita, S tidak pernah pulang sehingga tidak diketahui lagi keberadaannya.

"(Bapaknya) Belum ditemukan." pungkas Suprianto.

SUMBE: KOMPAS.com (Penulis: M Agus Fauzul Hakim | Editor : Andi Hartik), Surya.co.id

https://surabaya.kompas.com/read/2023/07/11/140400378/fakta-di-balik-penemuan-mayat-perempuan-dalam-karung-di-kediri-ayah-korban

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com