Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sutresno, Wajah Berjarak Setengah Meter dari Kepala Ular Saat Mengevakuasi Sanca yang Membelit Pemancar WiFi di Surabaya

Kompas.com, 20 Februari 2023, 16:20 WIB
Ghinan Salman,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

"Ketika semua aman, baru saya menangkap ular itu. Saat ular ditangkap itu, saya tarik, posisi badan ular masih menempel di tiang bagian atas dengan sangat keras," kata dia.

Berupaya tak terlilit

Ular jenis sanca kembang itu cukup kuat membelit tiang ketika berusaha ditarik oleh Sutresno.

Upaya menarik pun menemui kendala karena ukuran tubuh ular yang besar.

"Saya coba tarik juga sekuat tenaga. Karena ular ini sangat besar juga. Saya posisikan ular itu punya jarak yang jauh dengan tiang maupun kaki saya, agar tidak terlilit. Saya akhirnya turun perlahan, dan dimasukkan ke keranjang," ujar Sutresno.

Baca juga: Di Depan Megawati, Walkot Eri “Pamer” Penanganan Stunting di Surabaya Terendah Se-Indonesia

Sementara itu petugas lainnya Dodo Andar menjelaskan, butuh waktu kurang lebih satu jam untuk menangkap ular yang melilit tiang pemancar tersebut.

"Jadi kemarin itu tantangannya di besi yang digunakan untuk tiang pemancar (internet). Itu kalau terkena angin kan mudah goyang, sedangkan ularnya ada di atas paling ujung," papar Dodo.

Dodo mengutarakan, kesulitan utama lebih ke beban besi tiang pemancar. Untuk bisa menangkap ular itu, petugas harus naik ke tiang pemancar tersebut.

Tiga Timsus Rescue Regu 4 DPKP Surabaya itu pun berbagi peran. Sutrisno yang menaiki tower, kemudian disusul oleh Dodo Anjar dan Aden.

Baca juga: Kapolrestabes Surabaya Perintahkan Jajarannya Tembak Para Bandit di Tempat

"Ular itu kan berada di ujung tiang paling atas. Kesulitannya di situ, ketika kita naik semakin tinggi, tentu juga membahayakan bagi tim rescue-nya sendiri. Kalau tiang itu enggak kuat, otomatis kita jatuh ke bawah," ujar dia.

Karena tiang pemancar mudah goyang ketika tertiup angin, tim rescue tetap menaiki tiang pemancar itu secara perlahan sambil membawa tongkat kayu.

Tongkat tersebut digunakan untuk membuat si ular merasa tidak nyaman berada di atas.

Harapannya tersebut terpancing untuk turun dan mengejar tongkat kayu tersebut.

"Barulah ketika ular itu sedikit turun ke bawah, kita tim rescue, bisa action dan menangkap ular tersebut. Jadi ular itu kita pancing agar turun, sehingga tidak membahayakan tim rescue juga. Beban besinya tidak kuat kalau kita memaksa naik terus ke atas," kata dia.

Baca juga: Video Emak-emak di Surabaya Dijambret hingga Terseret 3 Meter, Ini Penjelasan Polisi

Kondisi jaringan internet kembali stabil

Setelah berhasil mengevakuasi ular yang melilit di tiang pemancar WiFi warga, kondisi jaringan internet yang sebelumnya dikeluhkan berangsur stabil.

"Kurang lebih 1 jam mengevakuasi ular di atas tiang itu," ujar Dodo.

Halaman:


Terkini Lainnya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau