Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Suku Tengger, dari Asal Usul hingga Tradisi

Kompas.com - 20/10/2022, 21:58 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Suku Tengger menjadi salah satu kelompok etnis yang mewarnai keragaman masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.

Suku Tengger adalah penduduk asli yang berasal dari daerah dataran tinggi di sekitar pegunungan Tengger, Bromo, dan Semeru yang terletak di Jawa Timur.

Baca juga: Mengenal 6 Suku di Jawa Timur, dari Suku Jawa hingga Suku Tengger

Suku Tengger juga dikenal dengan berbagai sebutan seperti wong Brama, orang Bromo, atau wong Tengger.

Baca juga: Mengenal Suku Tengger di Kawasan Bromo, Peradaban sejak Zaman Majapahit

Masyarakat Tengger tidak hanya tinggal di lereng pegunungan, namun juga tersebar di beberapa daerah di sekitarnya seperti Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Malang.

Baca juga: Upacara Yadnya Kasada Suku Tengger: Sejarah, Tujuan, dan Pelaksanaan Ritual

Asal Usul Suku Tengger

Secara etimologi, istilah ‘tengger’ berasal dari bahasa Jawa yang artinya tegak, diam tanpa bergerak yang apabila dikaitkan dengan kepercayaan masyarakat, tengger juga bisa berasal dari singkatan tengering budi luhur.

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, terdapat beberapa teori tentang asal usul dari Suku Tengger.

Namun masyarakat setempat percaya jika nenek moyang masyarakat Suku Tengger berasal dari Majapahit.

Hal ini berkaitan dengan masa kerajaan Hindu di Pulau Jawa, di mana pegunungan Tengger diakui sebagai tempat suci yang dihuni abdi spiritual dari Sang Hyang Widi Wasa yang disebut juga sebagai hulun.

Teori ini dibuktikan dengan Prasasti Walandhit yang berangka 851 Saka atau tahun 929 Masehi yang menceritakan adanya sebuah desa bernama Walandhit di Pegunungan Tengger merupakan tempat suci yang dihuni oleh Hyang Hulun atau abdi Tuhan.

Prasasti berikutnya ditemukan di daerah Penanjakan (Desa Wonokitri) Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan yang berangka tahun 1327 Saka atau 1405 M.

Kemunculan Kerajaan Mataram Islam yang memperluas kekuasaannya hingga ke Jawa Timur di awal abad ke-17 tidak mempengaruhi kepercayaan rakyat di daerah Tengger yang masih mempertahankan identitasnya.

Tokoh Tengger menikmati suasana Bromo Selasa (31/5/2022). ISTIMEWA Tokoh Tengger menikmati suasana Bromo Selasa (31/5/2022).

Selain itu legenda nenek moyang masyarakat Suku Tengger juga disebut terkait dengan cerita rakyat Rara Anteng dan Jaka Seger.

Demi mendapat keturunan, Rara Anteng dan Jaka Seger harus menumbalkan anak bungsunya ke dalam kawah Bromo sebagai syarat.

Sayangnya, keduanya tidak rela mengorbankan sang putra dan malah menyembunyikan R Kusuma di daerah Ngadas.

Hal ini membuat kawah Bromo mengeluarkan letusan dahsyat, dan akhirnya R Kusuma memilih berkorban demi keselamatan keluarganya.

Sebelum melompat ke kawah, R Kusuma berpesan untuk mengirimkan hasil bumi ke Gunung Bromo setiap tanggal 14 Kasada yang menjadi cikal bakal Yadnya Kasada.

Keturunan Rara Anteng dan Jaka Seger yang tersisa dipercaya sebagai nenek moyang masyarakat Suku Tengger saat ini.

Ciri-ciri Suku Tengger

Ciri khas Suku Tengger dapat diamati dari cara hidup serta hasil budaya yang masih dapat diamati hingga saat ini.

Masyarakat Tengger dalam kesehariannya berkomunikasi menggunakan bahasa bahasa Jawa-Tengger sebagai bahasa daerah.

Sebagian besar Suku Tengger memeluk agama Hindu, dengan ditandai adanya bangunan pura seperti Pura Luhur Poten.

Rumah adat Suku Tengger dikenal dengan keunikan bentuk atapnya yang memiliki bentuk meruncing dan meninggi yang menumpuk ke atas.

Dengan bubungan yang tinggi, rumah adat ini hanya memiliki 1-2 jendela. Selain itu, di bagian depan rumah pasti ada bale-bale atau tempat untuk duduk-duduk atau bersantai.

Pemandangan Pegunungan Tengger di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.Indonesia.Travel Pemandangan Pegunungan Tengger di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Tradisi Suku Tengger

Berikut adalah ragam bentuk tradisi yang masih dilakukan oleh Suku Tengger.

1. Upacara Kasada atau Yadnya Kasada

Upacara Kasada merupakan hari raya bagi masyarakat Tengger penganut ajaran Hindu Dharma.

Yadnya Kasada dilakukan pada pada hari ke-14 bulan Kasada dengan menggelar sesembahan berupa sesaji kepada Sang Hyang Widhi, sebagai manifestasi dari Batara Brahma.

Pelaksanaan Upacara Kasada dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu puja Purkawa, Manggala upacara, Ngulat umat, Tri Sandiya, Muspa, Pembagian Bija, Diksa Widhi, dan penyerahan sesaji di kawah Bromo.

Proses upacara dimulai pada Sadya Kala Puja dan berakhir pada Surya Puja. Masyarakat Tengger beramai-ramai menuju Gunung Bromo untuk mengantarkan sesaji berupa hasil ternak dan pertanian ke Pura Luhur Poten Agung.

Selama pelaksanaan, Rama Dukun Pandita akan membaca Japa Mantera, yang isinya mendoakan keselamatan seluruh alam semesta.

Pura Luhur Poten yang berlokasi puncak Bromo.Indonesia Travel Pura Luhur Poten yang berlokasi puncak Bromo.

2. Raya Karo atau Yadnya Karo

Hari Raya Karo atau Yadnya Karo adalah perayaan kedua setelah Yadnya Kasada yang dilakukan pada kedua menurut kalender Suku Tengger.

Perayaan Yadnya Karo diikuti tiga desa meliputi Desa Jetak, Wonotoro dan Ngadisari.

Makna perayaan Yadnya Karo adalah sebagai perlambang asal mula kelahiran manusia yang diciptakan Sang Hyang Widiwasa melalui perkawinan dua orang jenis manusia yakni pria dan perempuan.

3. Tradisi Unan-unan

Warga Suku Tengger di lereng Gunung Bromo juga mengenal ritual atau tradisi unan–unan.

Istilan unan–unan berasal dari kata tuno yang artinya berkurang yang berkaitan dengan jumlah hari dalam penanggalan Suku Tengger.

Umumnya setiap bulan memiliki 30 hari, sementara, pada bulan tertentu akan hanya memiliki 29 hari. Sehingga jika dijumlah terdapat selisih antara lima hingga enam hari dalam setahun.

Untuk melengkapi kekurangan tersebut, selisih hari itu dimasukkan ke dalam Bulan Dhesta atau bulan kesebelas yang hanya ada dalam penanggalan tiap lima tahun sekali.

Sehingga pada Bulan Dhesta tiap lima tahun sekali warga Suku Tengger menggelar ritual unan–unan untuk membersihkan desa supaya selamat dari malapetaka.

Sumber:
pasuruankab.go.id  
probolinggokab.go.id   
gramedia.com  
tribunnews.com   
kompas.com (Penulis : Kistin Septiyani, Andi Hartik | Editor : Anggara Wikan Prasetya, Dino Oktaviano)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perampok di Lamongan Sasar 2 Agen Perbankan dalam 2 Hari, Pelaku Diduga Sama

Perampok di Lamongan Sasar 2 Agen Perbankan dalam 2 Hari, Pelaku Diduga Sama

Surabaya
Oknum Perwira Polisi di Banyuwangi Positif Narkoba, Jabatannya Dicopot

Oknum Perwira Polisi di Banyuwangi Positif Narkoba, Jabatannya Dicopot

Surabaya
Pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi Mulai Dipadati Pemudik asal Madura

Pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi Mulai Dipadati Pemudik asal Madura

Surabaya
Dinkes Kota Batu Temukan 2 Jajanan Takjil Diduga Mengandung Boraks

Dinkes Kota Batu Temukan 2 Jajanan Takjil Diduga Mengandung Boraks

Surabaya
Truk Molen Oleng Tabrak Tiang dan 3 Motor di Kota Malang

Truk Molen Oleng Tabrak Tiang dan 3 Motor di Kota Malang

Surabaya
Warga Jember Tewas Tertabrak Kereta di Pelintasan Tanpa Palang Pintu

Warga Jember Tewas Tertabrak Kereta di Pelintasan Tanpa Palang Pintu

Surabaya
978 Pekerja Jasa Transportasi di Kota Batu Terima Insentif Ramadhan Rp 600.000

978 Pekerja Jasa Transportasi di Kota Batu Terima Insentif Ramadhan Rp 600.000

Surabaya
Kasus DBD di Kabupaten Malang Meningkat Capai 905 Orang, 10 di Antaranya Meninggal

Kasus DBD di Kabupaten Malang Meningkat Capai 905 Orang, 10 di Antaranya Meninggal

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Sedang

Surabaya
Bertengkar dengan Istri, Ayah di Situbondo Aniaya Balitanya

Bertengkar dengan Istri, Ayah di Situbondo Aniaya Balitanya

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Surabaya
Perselingkuhan Istri Kades dengan Sekdes di Tuban yang Berujung Maut

Perselingkuhan Istri Kades dengan Sekdes di Tuban yang Berujung Maut

Surabaya
Paskah, Gereja Katolik Katedral Surabaya Siapkan Kuota 5.000 Jemaat

Paskah, Gereja Katolik Katedral Surabaya Siapkan Kuota 5.000 Jemaat

Surabaya
Penyebab Sekjen PDI-P Hasto Dilaporkan ke Polresta Banyuwangi

Penyebab Sekjen PDI-P Hasto Dilaporkan ke Polresta Banyuwangi

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com