MALANG, KOMPAS.com- Pihak Aremania (fan Arema FC), Rafi Maulana, mempertanyakan pernyataan polisi yang menyebutkan bahwa penyebab jatuhnya ratusan korban jiwa bukan karena gas air mata.
Rafi mengatakan tembakan gas air mata membuat mata perih hingga sesak napas.
"Dibayangkan saja, dengan beberapa saudara kami yang khawatir, panik, dan ingin menyelamatkan diri, masih dalam kondisi di lorong ditembakkan gas air mata," kata dia, seperti dilansir dari Surya.co.id.
"Rasanya perih dan sesak napas. Apakah itu tidak menjadikan penyebab kematian?" katanya.
Baca juga: Menko PMK: Gas Air Mata Sebabkan Munculnya Insiden di Kanjuruhan
Rafi mengatakan, gas air mata berperan besar dalam timbulnya korban jiwa.
"Di dalam ruangan tertutup, diberi gas air mata, tanpa ada ruang yang bergerak, ya mati juga," katanya.
Dia pun mempertanyakan pernyataan polisi yang menyebut bukan gas air mata penyebab kematian para suporter.
"Kalau memang gas air mata tidak mematikan, ya monggo dicoba dalam keadaan yang sama," katanya.
Mata korban tragedi Kanjuruhan lainnya, Kevia Naswa Ainur Rohma (18) masih merah padahal kejadian mencekam yang merenggut 131 nyawa itu telah 10 hari berlalu.
Naswa mengatakan, dirinya duduk di tribune 14 ketika polisi menembakkan gas air mata.
Naswa seketika merasa pusing luar biasa. Dadanya sesak dan matanya terasa amat perih.
"Awal-awal terasa pusing, mata perih sampai susah untuk melihat dan sesak napas," katanya saat ditemui di rumahnya, Perum New Puri Kartika Asri Blok M 1 Nomor 28 RT 04 RW 10 Kelurahan Arjowinangun, Kecamatan Kedungkandang.
Hingga kini mata Naswa masih berwarna merah. Tak hanya itu, tangan kanan Naswa setengah lumpuh dan kaki kirinya diperban.
Dia pun harus menggunakan alat bantu untuk berjalan karena kakinya terkena pagar besi tribune.
Baca juga: LPSK Sampaikan 9 Bab Hasil Investigasi Tragedi Kanjuruhan ke TGIPF
Sebelumnya, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menegaskan bahwa penyebab korban tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan bukan lantaran gas air mata.
Namun, polisi menyebut hal itu lantaran kekurangan oksigen.
“Dari penjelasan para ahli dan dokter spesialis yang menangani para korban, baik korban yang meninggal dunia maupun korban yang luka, dari dokter spesialis penyakit dalam, penyakit paru, penyakit THT, dan juga spesialis penyakit mata, tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata, tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen,” kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Senin (10/10/2022).
Polri juga menemukan adanya gas air mata yang kedaluwarsa yang ditembakkan saat tragedi di Stadion Kanjuruhan terjadi.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Malang dan Batu, Nugraha Perdana | Editor : Pythag Kurniati)
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul AREMANIA Tantang Polisi Coba Gas Air Mata Kadaluarsa Bak Tragedi Kanjuruhan, Ini Penderitaan Korban
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.