BANYUWANGI, KOMPAS.com - Pasar jajan tradisional, kuliner kaki lima, sampai hotel berbintang di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, tengah memanfaatkan momentum bulan Ramadhan 1443 H untuk mendongkrak penjualan mereka.
Sejumlah pasar jajanan tradisional mingguan dan pasar takjil dadakan berbenah untuk menjadi pusat transaksi baru, setiap jelang waktu berbuka puasa.
Baca juga: Terpikat Bunga Desa di Banyuwangi
Misalnya Pasar Wit-witan, yang berupa lapak-lapak kuliner tradisional di bawah pepohonan di salah satu kebun pinggir jalan Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh.
Sekretaris Pengurus Pasar Wit-witan Doni Agus mengatakan telah mempersiapkan lapak-lapak warga dengan membersihkan dan memberi penerangan.
"Per lapak diberi penerangan, soalnya lokasinya kan di bawah pohon, di kebun. Menu untuk bulan puasa dibebaskan, biasanya berupa lauk dan takjil. Soalnya kalau hari biasa orang jualan nasi, pas bulan puasa kan kemungkinan jarang laku," kata Agus melalui telepon, Senin (4/4/2022).
Dia menjelaskan, Pasar Wit-witan sebelumnya tidak dibuka untuk bulan Ramadhan. Biasanya pasar ini beroperasi setiap hari Minggu pagi.
Sekali buka, sekitar 50 warga penjual jajan dan kuliner tradisional itu mampu menghasilkan omzet total Rp 50 juta.
Agus berharap, meskipun saat Ramadhan ini bukanya setiap sore, jumlah omzet per hari itu tetap bisa meningkat.
"Keinginan pengurus, kalau bisa ya (omzet) di atasnya setiap hari, untuk menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar," kata Agus lagi.
Baca juga: Awal Ramadhan, Harga Ayam Potong dan Cabai di Pekanbaru Naik
Kementerian Keuangan dalam press release (28/3/2022) menyebutkan tingkat konsumsi masyarakat kembali meningkat di awal Maret seiring penurunan kasus Covid-19, dan diperkirakan akan semakin meningkat menjelang bulan Ramadhan.
Bahkan, saat itu bea masuk dan bea keluar diperkirakan masih meningkat didorong efek Ramadhan dan kondisi harga komoditas.
General Manager (GM) Hotel Kokoon Banyuwangi Doddy Pribadi mengatakan, hotelnya mengalami peningkatan okupansi sebelum Ramadhan.
Dari 163 kamar, sekitar 80 kamar atau 60 persen telah terisi. Baginya, mendapatkan tamu sebanyak itu sudah bisa menutup biaya operasional.
Okupansi diperkirakan akan selalu tinggi seiring pelonggaran perjalanan Ramadhan dan Lebaran.
Baca juga: Hanya Ada Saat Ramadhan, Bubur India Buat Warga Semarang Rela Antre Berjam-jam
Perjalanan dinas dari instansi pemerintah maupun swasta, termasuk studi banding pemerintahan, transit dan berwisata menjadi faktor utama orang datang.
"Dua tahun ini pelajaran bagi kita. Pariwisata, perhotelan, jadi sektor yang benar-benar secara langsung berdampak. Prokes membatasi orang bepergian, sedangkan wisata mengundang orang untuk datang. Tapi kita hidup pasti terus cari celah, bagaimana survive di masa sulit," kata Doddy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.