Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situs Pandegong Jombang Diperkirakan Rusak karena Aktivitas Manusia

Kompas.com, 25 Maret 2022, 18:42 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Priska Sari Pratiwi

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Situs Pandegong di Dusun Kwasen, Desa Menganto, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, diduga mengalami kerusakan akibat aktivitas manusia.

Situs itu ditemukan pada 2017, di areal persawahan Desa Menganto dan mulai diekskavasi pada November 2021 dilanjutkan tahap kedua pada Maret 2022 oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang.

Pamong Budaya Ahli Pertama BPCB Jawa Timur, Albertus Agung Vidi Susanto mengungkapkan, ekskavasi berhasil menyingkap hampir seluruh bagian bangunan yang sebelumnya terpendam di dalam tanah.

Baca juga: Situs Pandegong di Jombang, Berbentuk Candi, Diduga Dibangun Abad ke-10 Masehi

Sejauh ini, lanjut dia, hasil analisis menyatakan bahwa bangunan purbakala itu rusak karena aktivitas manusia.

Pihaknya belum memiliki data yang cukup untuk menyatakan jika kerusakan situs akibat bencana alam.

“(Rusak) Karena gempa misalnya, kita belum dapat data itu. Yang bisa kita ketahui sampai saat ini, kerusakan itu karena aktivitas manusia,” kata Vidi kepada Kompas.com, Jumat (25/3/2022).

Dia mengatakan, sebagian kerusakan situs juga disebabkan akar pohon yang tumbuh di atas bangunan.

Namun, kerusakan akibat akar pohon tak begitu signifikan dibandingkan dengan aktivitas manusia.

“Kita tidak bisa berasumsi lebih karena memang data itu (karena bencana) tidak ada. Data yang kita dapatkan, situs Pendegong ini rusak karena aktivitas manusia dan juga karena akar pohon, meskipun kerusakan akibat akar pohon tidak begitu masif dan lebih banyak karena aktivitas manusia,” ujar Vidi.

Baca juga: Atap Rumah Warga di Jombang Terbang Diterjang Angin Puting Beliung

Situs Pandegong merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi penganut agama Hindu atau Siwa.

Bangunannya memiliki ukuran sekitar 8 x 8 meter dengan orientasi bangunan ke arah barat.

Candi itu berbentuk kotak dengan penampil atau penonjol di 4 sisi. Di tengah-tengah bangunan berukuran sekitar 8 x 8 meter itu, terdapat lubang persegi berukuran 2,3 meter persegi yang disebut sebagai sumuran.

Situs Pandegong terstruktur dari bata merah. Bata penyusun bangunan memiliki ukuran lebar 22 sentimeter dan panjang 35 sentimeter, serta lebar 5 dan 8 sentimeter.

Namun, menurut Vidi, bangunan yang ditemukan baru sebatas bagian bawah atau bagian kaki candi. Bagian atas candi, diperkirakan rusak sejak lama.

Dia mengatakan, Situs Pandegong merupakan bangunan tempat pemujaan bagi penganut ajaran Hindu atau pemuja Siwa.

Baca juga: Tiba-tiba Lompat ke Rel Saat Kereta Akan Lewat, Pengantin Baru di Jombang Tewas

Bangunan itu diperkirakan sudah ada sejak abad ke-10 masehi. Pada masa itu, berkembang kerajaan Medang dengan pusat pemerintahan di sekitar wilayah Jombang, di bawah kepemimpinan Mpu Sindok.

“Pra Majapahit, sekitar abad ke-10 masehi. Interpretasi dari denah dan dari gaya arcanya, itu merujuk pada abad ke 10 masehi. Kemudian pembandingnya juga banyak, misalnya Situs Gemekan (Mojokerto), itu ada kemiripan,” kata Vidi.

Selain itu, penemuan pecahan keramik dari Cina yang didominasi pada masa dinasti Tang, memperkuat interpretasi jika Situs Pandegong dibangun pada abad ke-10 masehi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
Surabaya
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Surabaya
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
Surabaya
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Surabaya
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Surabaya
Kuasa Hukum: Korban Pencabulan Sempat Akan Akhiri Hidup, Namun Justru Diintimidasi Ponpes
Kuasa Hukum: Korban Pencabulan Sempat Akan Akhiri Hidup, Namun Justru Diintimidasi Ponpes
Surabaya
Kapolres Pacitan Ungkap Asal Uang Kakek Tarman yang Bagikan Rp 100.000 ke Tiap Tamu Saat Resepsi
Kapolres Pacitan Ungkap Asal Uang Kakek Tarman yang Bagikan Rp 100.000 ke Tiap Tamu Saat Resepsi
Surabaya
Upaya Mitigasi, BPBD Surabaya Edukasi Warga Terkait Bencana
Upaya Mitigasi, BPBD Surabaya Edukasi Warga Terkait Bencana
Surabaya
Muhaimin Iskandar Masukkan Kurikulum Kemandirian untuk Santri di Ponpes agar Siap Kerja
Muhaimin Iskandar Masukkan Kurikulum Kemandirian untuk Santri di Ponpes agar Siap Kerja
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Bangun Fasilitas di Lapangan Karanggayam, Termasuk Kolam Air Panas-Dingin
Pemkot Surabaya Bakal Bangun Fasilitas di Lapangan Karanggayam, Termasuk Kolam Air Panas-Dingin
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau