Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal "Trading", Psikolog Sebut Pemain Bukan Hanya Cari Keuntungan tapi Juga Sensasi

Kompas.com - 16/03/2022, 14:50 WIB
Rachmawati

Penulis

KOMPAS.com - Para pelaku yang melakukan trading tak hanya untuk mencari keuntungan, namun juga untuk kesenangan.

Hal tersebut disampaikan Betty Kumala Febriawati, pengurus Forum Komunikasi Psikolog Rumah Sakit Se-Indonesia saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (15/3/2022).

Ia menjelaskan pelaku trading akan mengalami gambling adiction sehingga tak bisa berpikir logis dan tak bisa mempertimbangkan untung rugi.

Baca juga: Psikolog Sebut Pelaku Trading yang Kecanduan Harus Konsultasi ke Ahli

Dan hal tersebut sudah masuk kategori pathologic gambling yang perjudian terus menerus dan berulang yang menganggu fungsi pribadi.

Akibatnya pelaku tidak mampu mengendalikan diri untuk berhenti berjudi.

"Jadi para pelaku judi atau trading dan sejenisnya ini bukan hanya sekadar untuk mencari keuntungan dan kesenangan. Tapi sensasinya itu yang dicari. Ini juga dipengaruhi hormon endorfin yang memicu kebahagian." ungkap psikolog di RSUD Blambangan Banyuwangi tersebut.

Menurutnya mereka yang mengalami kecanduan berjudi maka area otak yang disebut neurotransmitter akan terlalu aktif. Wilayah hiperaktif ini yang nantinya akan menyebabkan pemikiran yang menyimpang.

Baca juga: Soal Korban Tergiur Bermain Trading walau Rugi, Psikolog Sebut Bisa Bikin Kecanduan

Ia juga menjelaskan, respons perjudian sama seperti otak yang merespons kecanduan alkohol.

"Dan jika sudah memengaruhi kehidupan pribadi dan masuk pathologic gambling ya harus ada penanganan khusus," kata Betty.

Menurut Betty, mereka yang telah mengalami kencandun judi atau sejenisnya seharusnya melakukan konsultasi ke ahli kedokteran jiwa atau psikologis klinis.

Nantinya jika diagnosis sudah tegak, akan ada pilihan penanganan termasuk terapi kognitif dan jika diperlukan akan dilakukan pengobatan psikiatris.

"Saat proses ini butuh dukungan keluarga dan teman dekat. Termasuk melakukan kegiatan posisif atau bisa juga dengan terapi CBT (cognitive behavioral therapi), mindfullness therapy, serta hipnoterapi," kata dia.

Baca juga: Afiliator Binomo Pernah Loss Saat Trading, Berdalih karena Hari Sudah Sore dan Sinyal Jelek

Dari kasus pathologic gambling yang pernah ia tangani, yang bersangkutan membutuhkan terapi antara 6 bulan satu tahun.

"Namun untuk lama terapi tiap orang berbeda-beda. Jadi peran keluarga ini penting. Jika ada melihat atau merasakan salah satu anggotanya mengalami gambling adiction, saya sarankan untuk konsultasi ke ahlinya. Agar segera ditangani," kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, VA, warga Medan, Sumatera Utara, melapor ke Polda Sumut pada Senin (14/3/2022) sore karena menjadi korban trading Binomo dan Quotex.

Selama tujuh bulan ikut dua aplikasi ia hanya menang sekali yakni sebesar Rp 1 juta. Sedangkan kerugian yang ia terima mencapai Rp 250 juta.

Baca juga: 7 Bulan Ikut Binomo dan Quotex, Pria di Medan Cuma Menang Rp 1 Juta, Seterusnya Rugi hingga Rp 250 Juta

Deposit pertama yang ia kirim adalah sebesar Rp 14 juta. Bahkan ia pernah mengirimkan deposit Rp 43 juta dalam satu hari.

Akibat bermain aplikasi tersebut, VA harus kehilangan tabungan, mobil dan terpaksa menutup rumha makan miliknya yang sudah ia jalankan sejak tahun 2011.

Ia juga bercerita nyaris bercerai dengan istrinya karena keluarganya baru tahu setelah VA menjual mobil Ford Everest.

VA menuturkan, dirinya tertarik ikut Binomo dan Quotex usai menonton video seorang afiliator, J alias NW, di YouTube dan TikTok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com