SURABAYA, KOMPAS.com - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyentil seluruh pejabat dan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Hal itu lantaran masih ditemukan adanya bayi stunting, gizi buruk, Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) dan bahkan warga yang hidup kekurangan.
Salah satunya seperti yang dialami pasangan keluarga Surahman (41) dan Yuliani (34).
Mereka tinggal di rumah tidak layak huni, hidup kekurangan, serta memiliki balita yang mengalami gizi buruk dan kelainan kelamin.
Baca juga: Lingkungan Pondok Sosial Keputih Penuh, Dinsos Surabaya Kirim 200 ODGJ ke Balai Kemensos
Ia pun kembali mengingatkan kepada seluruh pejabat maupun ASN bahwa gaji mereka berasal dari uang pajak yang dibayarkan rakyat.
Pejabat dan ASN punya kewajiban untuk mensejahterakan masyarakatnya.
"Harusnya kita malu masih ada bayi stunting dan gizi buruk. Kita digaji dengan uang APBD yang kembali pendapatan kita dari pajaknya masyarakat Surabaya. Tapi, hari ini kita masih jauh-jauh belum bisa membahagiakan masyarakat Surabaya," kata Eri di Surabaya, Jumat (4/2/2022).
Baca juga: Lingkungan Pondok Sosial Keputih Penuh, Dinsos Surabaya Kirim 200 ODGJ ke Balai Kemensos
Eri mengajak jajarannya berkaca kepada para pekerja sosial atau orang-orang yang telah mengorbankan jiwa raganya untuk Kota Pahlawan.
Menurut dia, meski mereka bekerja tanpa gaji, tapi para pekerja sosial berjuang ikhlas dan tanpa pamrih untuk warga Kota Surabaya.
"Ketika kita sudah memiliki tempat (kerja) enak, ketika kita memiliki gaji yang tepak (tinggi), tapi kalau kita masih kalah dengan mereka, itu namanya kebacut (keterlaluan) pejabat struktural di Kota Surabaya," tegas dia.
Baca juga: 12 Siswa dan 6 Guru SD-SMP di Surabaya Terinfeksi Covid-19 Selama PTM 100 Persen