Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tuas" Ingatan yang Tersisa

Kompas.com, 20 November 2011, 21:37 WIB

Oleh Indira Permanasari dan Ahmad Arif

KOMPAS.com - Dua besi hitam berkarat dengan tuas panjang teronggok di tepi kolam ikan di belakang rumah Suwardi (61), warga Kampung Brau, Teluk Betung, Lampung. Berkali-kali datang pemburu besi tua menawar, tetapi Suwardi bersikukuh tak menjualnya.

"Ada yang menawarkan dua juta rupiah, tetapi saya tak cari uang lagi dari barang ini," kata Suwardi. Ia menemukan besi tua berbentuk segitiga itu saat menjala ikan di Sungai Kuripan di belakang rumahnya pada awal 2001. Butuh empat orang untuk mengangkatnya dari sungai. Bobot besi tersebut diperkirakan lebih dari 150 kilogram.

Suwardi bukannya tak butuh uang. Namun, baginya, besi tua itu adalah sejarah berharga yang mesti dipelihara. Satu-satunya kenangan tersisa, yang membuat nama desanya, Brau—diambil dari kataberouw, dalam bahasa Belanda berarti penyesalan—dikenal hingga luar negeri dan ditulis dalam buku.

"Besi ini sisa Kapal Berouw yang dulu pernah terdampar di Sungai Kuripan," katanya. Suwardi lalu menunjukkan posisi kapal perang Angkatan Laut Belanda tersebut, yang dulu melintang di badan Sungai Kuripan selebar 7 meter. Saat ini, tempat terdamparnya kapal itu telah berubah menjadi bendungan PDAM Way Rilau.

Lokasi terdamparnya kapal tersebut, 3,3 kilometer dari Pantai Teluk Betung, menjadi saksi kedahsyatan tsunami akibat letusan Krakatau, 27 Agustus 1883. "Sekitar pukul tujuh pagi, kami melihat gelombang sangat tinggi. Kapal Berouw terangkat melewati pohon kelapa," demikian catatan Kapten TH Lindeman, nakhoda Kapal GG Loudon. Saat ombak tinggi menerjang, Lindeman yang dalam perjalanan dari Anyer ke Sibolga bermaksud menepikan kapal berpenumpang 111 orang itu ke Pelabuhan Teluk Betung.

Namun, kapten Kapal Berouw memperingatkan Lindeman agar jangan mendarat. Kapten Lindeman membuang sauh agak di tengah laut. Bagi pelaut, ombak di tengah laut lebih tidak berbahaya ketimbang di dekat daratan.

Berhasil menyelamatkan Kapal GG Loudon, kapten Kapal Berouw ternyata gagal menyelamatkan kapalnya. NH van Sandick, penumpang Kapal GG Loudon, menyaksikan ombak tinggi mengangkat Kapal Berouw dan memutuskan rantai sauhnya. Kapal perang tersebut diempaskan ke muara Sungai Kuripan, lalu ombak besar kembali menghantam sehingga Kapal Berouw diempaskan ke lembah nun jauh di tengah hutan.

Pada September 1883, tim dari Belanda mengunjungi Sungai Kuripan dan melaporkan kapal itu terdampar dalam kondisi utuh di ketinggian 38 meter dari permukaan laut.

Jejak yang dijual

Halaman:
Baca tentang


    Terkini Lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
    QR Code Kompas.com
    Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Komentar di Artikel Lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Apresiasi Spesial
    Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
    Kolom ini tidak boleh kosong.
    Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
    Apresiasi Spesial
    Syarat dan ketentuan
    1. Definisi
      • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
      • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
    2. Penggunaan kontribusi
      • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
      • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
    3. Pesan & Komentar
      • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
      • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
      • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
    4. Hak & Batasan
      • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
      • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
      • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
    5. Privasi & Data
      • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
      • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
    6. Pernyataan
      • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
    7. Batasan tanggung jawab
      • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
      • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
    Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
    Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
    Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
    Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau