Mereka adalah Muhammad Sadid Al Muhasibi (15) kategori Best Bold Idea, Almira Nindyawati Risandriya (15) kategori Best Fresh Voice, Dafa Hayfa Asyabyl Suwardi (16) kategori Best Future Story.
Kemudian Bryan Wibowo Sudariman (16) kategori Best Visual Impact, Reyna Nalini Zarri (15) kategori Best Changemaker Pitch, dan Baihaqi Zulfikar Hidayat (16) kategori Best Visionary Direction.
Keberhasilan ini tak lepas dari peran pendiri Figuratif Pictures, Fauzan Abdillah (36) melalui program CineLink Youth East Java x Busan 2025.
“Program itu semacam pilot project pendidikan kreatif yang menggabungkan film, budaya, dan diplomasi generasi muda,” kata Fauzan kepada Kompas.com, Senin (13/10/2025).
Berawal dari keresahannya, Fauzan tak ingin karya-karya apik produksi film dari pelajar asal Surabaya hanya dikenal di lingkup Provinsi Jawa Timur.
Terlebih, skala festival internasional lebih banyak melirik karya dari seniman-seniman asal Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.
“Para peserta tidak hanya menjadi pembuat film, tetapi juga duta muda Surabaya yang membawa nilai-nilai budaya lokal ke forum internasional,” ungkap pria yang juga Direktur INFIS Surabaya tersebut.
Ia pun mencari talenta-talenta anak muda di dunia industri film melalui submission dan seleksi.
Kemudian, karya-karya terpilih diusulkan olehnya melalui program CineLink Youth initiative bersama Yooran Film, Busan Asian Film Commission dan Asian Contents & Film Market - Busan Internasional Film Festival 2025.
“Delegasi membawa portofolio gagasan yang dipresentasikan di ekosistem festival, industri film dan pasar konten Asia."
"Ada proyek film panjang, juga film pendek dan dokumenter, ada serial dan web series, ada konten web interaktif, dan ada kolaborasi fesyen yang dirancang untuk memperkaya narasi di layar," ujarnya.
Menjajaki karya di dunia internasional, Fauzan berharap tidak hanya dikenal sebagai suatu hasil yang mentah.
Pelajar Surabaya penerima penghargaan ini akan menjangkau bisnis industri film lewat investor-investor yang mereka hadapi.
“Entah itu investor konteksnya murni investor atau share house. Bukan hanya dari Korea tapi dari international co-product. Jadi mereka punya beberapa proyek yang terikat bareng,” tutur Fauzan.
Sementara itu, Baihaqi Zulfikar Hidayat pelajar asal SMAN 5 Surabaya, berhasil meraih penghargaan Best Visionary di Busan Internasional Film Festival 2025.
Baihaqi membawa karya filmnya Before Growing Up, yang menyoroti perjalanan remaja dalam mencari jati diri di tengah perubahan zaman.
“Film ini bukan sekadar tugas sekolah, tapi cara saya memahami proses tumbuh. Saya ingin menunjukkan bahwa anak muda bisa berpikir kritis dan jujur lewat karya,” tuturnya.
Terpisah, Muhammad Sadid Al Muhasibi (15) pelajar asal Surabaya penerima penghargaan Best Bold Idea dari Busan Internasional Film Festival mengaku bangga.
Pelajar yang akrab disapa Sibi itu kini masih menduduki bangku kelas 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Ar Rohmah Boarding, School Malang.
Sibi memenangkan kategori Best Bold Idea melalui proyek Cross-Taste Delivery, komedi budaya gastronomi yang mengkritisi dunia digital dengan cara segar, lucu, dan tajam.
“Saya menceritakan serial film berupa figuran yang membahas tentang betapa berharganya makanan buat keluarga maupun individu,” kata Sibi, kepada Kompas.com.
Sibi juga menyinggung realitas sosial dari fenomena pengantar makanan ojek online (ojol) yang pekerjaannya kerap dianggap remeh padahal bermakna.
“Dan di film ini ada scene yang mencerminkan ojol sebagai tempat orang yang memiliki masalah kehidupan,” terangnya.
Sibi mengaku tertarik dengan industri film karena orangtuanya yang sering menonton film.
Ia penasaran dengan proses pembuatan setiap senimatiknya yang tidak hanya menampilkan gambar, video, dan suara tetapi juga cerita bermakna.
“Ini pertama kalinya saya mendapatkan penghargaan ini. Ke depannya saya ingin lebih banyak menyelesaikan proyek agar saya berkembang lebih besar,” pintanya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/10/13/150715278/6-pelajar-asal-surabaya-bawa-pulang-penghargaan-dari-busan-international