Salin Artikel

Kisah Galang yang Hilang dan Ditemukan Meninggal di Pulau Sempu Malang

Galang adalah seorang mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova).

Saat hilang, mahasiswa asal Banjarnegara itu mengikuti kegiatan ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (Surili) 2023 di Cagar Alam (CA) Pulau Sempu.

Menurut jadwal, kegiatan ekspedisi Surili tersebut telah berlangsung dari Senin (18/12/2023) hingga Selasa (2/1/2024).

Kepala Biro Komunikasi IPB University, Yatri Indah Kusumastuti mengatakan para peserta termasuk Galang telah melakukan persiapan yang matang dan telah memperoleh pemahaman lokasi secara memadai.

Bahkan sebelum melakukan kegiatan, kata Yatri, tim ini juga didampingi oleh dua orang petugas Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Timur.

"Sejak mulai berkegiatan pada Kamis itu (Kamis pekan lalu) semuanya berjalan normal dan lancar dengan aktivitas masing-masing sesuai kelompok pemerhati sampai dengan Selasa 26 Desember 2023," ujarnya.

Namun pada Rabu (27/12/2023) pukul 09.00 WIB, Galang melanjutkan pengamatan di satu titik sekitar 400 meter dari basecamp Telogo Lele dengan membawa alat kelengkapan pengamatan.

"Galang tidak membawa handphone (HP)," ucapnya.

Ketika memasuki saat jam makan siang, dia seharusnya kembali ke basecamp sesuai dengan kesepakatan bersama. Namun Galang justru tak kembali.

Pada pukul 15.00 WIB, tim internal dan mahasiswa lainnya melakukan pencarian ke titik yang ditentukan hingga pukul 23.00 WIB.

Tapi Galang tak kunjung ditemukan.

Karena tak kunjung kembali, rombongan mahasiswa melaporkannya ke warga setempat kemudian diteruskan ke Satuan Polisi Air Polres Malang.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang Sadono Irawan mengatakan Galang hilang di Blok Telaga Lele.

Jenazah Galang pun dievakuasi ke RS Syaiful Anwar Kota Malang.

"Survival ditemukan di Tanjung Semut berdasarkan informasi dari nelayan dalam keadaan meninggal," kata Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB University, Dr Nyoto Santoso.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kasatpolairud Polres Malang, AKP Subagyo melalui sambungan telepon, Jumat (29/12/2023).

Jenazah pertama kali ditemukan nelayan setempat di Pulau Sempu, Dusun Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetang, Kabupaten Malang, pukul 07.50 WIB.

"Kami mendapat laporan dari nelayan, kemudian kami langsung mendatangi lokasi. Dan benar di sana ditemukan jenazah dalam keadaan telungkup dan mengapung," ungkap dia.

Dari pakaian dan properti yang digunakan identik dengan milik Galang saat sebelum dilaporkan hilang.

Belum diketahui pasti apa penyebab jenazah Galang berada di perairan Teluk Semut. Sebab, dari titik awal korban hilang (Telaga Lele) ke titik korban ditemukan (Teluk Semut) jaraknya terbilang jauh.

"Apakah ia terperosok atau bagaimana, belum bisa kami identifikasi," tuturnya.

Namun, Subagyo memastikan tidak ada bekas serangan atau gigitan binatang buas pada tubuh korban.

"Tubuh korban utuh. Tidak ada bekas serangan binatang buas," pungkas dia.

Warga Desa Gunung langit, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara itu melakukan perjalanan sendiri untuk mengambil data penelitian Herpetofauna.

"Saat itu dibagi dua tim. Galang ke salah satu jalur berangkat sendirian, sedangkan dua orang lainnya ke jalur lainnya," beber dia.

Namun hingga waktu yang ditentukan, Galang belum kembali.

"Akhirnya kami membuat tim sendiri untuk melakukan pencarian. Namun keberadaan Galang tidak juga ditemukan, hingga akhirnya kami melapor ke Basarnas," jelasnya.

Fajar meyakini bahwa Galang saat itu tersesat. Sebab selama melakukan kegiatan ekspedisi itu, setiap anggota tidak dibekali ponsel atau alat bantu komunikasi lain.

"Acuan kami hanya ingatan jalur yang dilewati," katanya.

Fajar Riski mengatakan bahwa kegiatan penelitian itu dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) bertajuk ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (Surili) di Cagar Alam (CA) Pulau Sempu.

"Kegiatan ini adalah ekspedisi penelitian Herpetofauna yang telah berjalan sebanyak 15 kali. Kemudian sempat berhenti akibat Pandemi Covid-19, dan sekarang dimulai lagi untuk pertama kalinya dengan Ketua Tim Galang," ungkap dia.

Fajar menyebut kegiatan itu diikuti oleh 28 orang dan 3 orang pendamping, yang secara keseluruhan adalah mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) Institut Pertanian Bogor.

"Kami sangat berduka dan kehilangan atas meninggalnya salah satu teman kami, Galang," terang Fajar.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Imron Hakiki, Afdhalul Ikhsan | Editor: Khairina, Maya Citra Rosita, Pythag Kurniati)

https://surabaya.kompas.com/read/2023/12/30/085500178/kisah-galang-yang-hilang-dan-ditemukan-meninggal-di-pulau-sempu-malang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke