Salin Artikel

Soal Imbauan Pembongkaran Tugu Perguruan Silat, Wali Kota Madiun: Masih Proses Koordinasi

MADIUN, KOMPAS.com - Wali Kota Madiun, Jawa Timur, Maidi, mengaku masih berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait soal imbauan pembongkaran tugu perguruan silat. Nantinya, proses pembongkaran tugu perguruan silat akan mengikuti pola yang diatur pemerintah.

"Teknisnya perobohan tugu akan dilakukan dengan pola yang diatur pemerintah. Itu masih proses dan kita koordinasikan. Dan, nanti pola-pola kita atur,” kata Maidi kepada Kompas.com, Kamis (20/7/2023) siang.

Sebelumnya, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Irjen Toni Harmanto meminta perguruan silat di Jawa Timur membongkar secara mandiri patung atau tugu simbol perguruan yang tersebar di banyak lokasi di Jatim.

Keberadaan tugu tersebut dinilai sebagai salah satu sumber konflik antar-perguruan silat yang kerap memicu pertengkaran fisik hingga menyebabkan korban jiwa.

"Tidak sedikit korban jiwa, luka berat, luka ringan maupun materi, saat ada adu fisik antar-anggota perguruan silat," kata Toni kepada wartawan usai gelar pasukan Operasi Aman Suro di Mapolda Jatim, Selasa (18/7/2023).

Ditutup tirai

Sementara itu, selama bulan Suro (dalam penanggalan Jawa), seluruh tugu perguruan pencak silat yang berdiri di wilayah Kota Madiun ditutup dengan tirai dan terpal untuk mencegah terjadinya konflik antar-pesilat.

“Ya begini, kadang-kadang waktu Suro malah enggak tirakat. Ada tugu (pesilat) tidak bersalah disiram, akhirnya yang punya tugu geger. Itu kan tidak baik. Maka lebih baik ditutup sajalah. Kalau ditutup semuanya itu tidak akan ada konflik lagi,” kata Maidi.

Mantan Sekda Kota Madiun itu menuturkan, penutupan tugu pesilat dengan terpal atau tirai berlangsung selama bulan Suro. Untuk itu, diharapkan tidak ada lagi persoalan atau gesekan antar-pesilat selama bulan Suro.

“Setelah ditutup, semuanya tirakat. Dan, tugunya semuanya juga puasa. Sampai Suro selesai. Semuanya tirakat,” jelas Maidi.

Wisata pendekar

Maidi mengatakan, Pemkot Madiun akan membangun wisata pendekar yang dapat dinikmati pelancong dari luar. Bentuknya dengan membangun monumen 14 tugu perguruan pencak silat dalam satu lokasi.

“Pemerintah Kota Madiun akan membuat monumen 14 tugu dalam satu tempat dan di atasnya nanti ada tempat wisata yang berada di Sleko. Nanti (14 tugu) itu sudah mewakili (semua perguruan pencak silat). Dengan pembangunan tugu itu pemerintah hadir menyediakan tempat wisata bertemakan pendekar,” jelas Maidi.

Maidi menyatakan, di lokasi itu juga akan dibangun 14 panggung. Nantinya, setiap malam minggu para pendekar akan memperagakan jurus-jurusnya. Sambil menikmati jurus yang diperagakan pendekar, wisatawan dapat menikmati kuliner yang dijual di tempat tersebut.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/07/20/162505378/soal-imbauan-pembongkaran-tugu-perguruan-silat-wali-kota-madiun-masih

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com