Salin Artikel

Di Hadapan Keluarga Korban, Presiden Jokowi Janji Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan

Jokowi ingin melihat langsung kondisi korban tragedi Kanjuruhan yang dirawat di rumah sakit tersebut.

Kedatangan Presiden disambut Wali Kota Malang Sutiaji, Plt Direktur RSSA Kota Malang dr Kohar Hari Santoso, dan tokoh lainnya.

Presiden bertemu dengan sejumlah keluarga korban yang meninggal dalam tragedi usai pertandingan antara Arema FC dan Persebaya tersebut.

Selain itu, Presiden Jokowi juga memastikan korban yang menjalani rawat inap mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik.

Jokowi juga sempat berbincang dengan korban yang dirawat dan keluarga mereka.

"Saya benar-benar ingin tahu akar masalah tragedi ini, sehingga ke depan bisa mendapat solusi terbaik," kata Jokowi di RSSA, Kota Malang pada Rabu (5/10/2022).

Jokowi berpesan kepada korban dan keluarganya untuk tetap semangat dan segera sembuh agar bisa beraktivitas kembali. Kemudian, dia menyampaikan, seluruh biaya perawatan ditanggung pemerintah.

"Dan juga kita sampaikan sedikit santunan korban yang meninggal, tidak hanya pemerintah pusat, pemerintah Kota Malang dan Provinsi, Bank Jatim," katanya.

Jokowi juga berjanji kepada korban dan keluarganya untuk mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan. Saat ini, Presiden telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD.

"Kenapa dibentuk tim pencari fakta independen karena kita ingin usut tuntas, tidak ada yang ditutupi, yang salah juga diberi sanksi, kalau masuk pidana dipidanakan," katanya.

Presiden telah meminta Mahfud secepatnya mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan.

"Sudah disampaikan Menko Polhukam, beliau minta satu bulan, tapi saya minta secepatnya," katanya.


Harapan keluarga korban tragedi Kanjuruhan

Salah satu keluarga korban, Defi Atok mengatakan, Presiden sudah berjanji mengusut tuntas para pelaku dalam tragedi Kanjuruhan. Janji itu disampaikan di hadapan keluarga korban.

"Presiden (Jokowi) mengatakan akan berjanji mengusut tuntas pelaku-pelakunya, itu saya lega, janjinya presiden saya tunggu. Harapannya oknum pelaku yang menembak (diusut tuntas), gas air mata itu seperti membunuh atau racun," kata Atok di Malang.

Atok kehilangan dua anak perempuannya, Natasha Debi (16) dan Nayla Debi (13), dalam tragedi Kanjuruhan. Saat itu, kedua anak Atok menonton dari tribune di dekat pintu 13 yang menjadi salah satu titik gas air mata dilontarkan.

"(Anak saya) adiknya (Nayla) kayak orang diracun (keluar busa), kakaknya (Natasha) hitam keluar darah sampai meninggal, sampai di bajunya darah, posisi tidak bisa menyelematkan diri karena masih kecil," katanya.

Atok tak mendampingi kedua anaknya menonton pertandingan derbi Jawa Timur itu karena masih bekerja. Ia baru mengetahui kedua anaknya menjadi korban saat hendak menjemput ke Stadion Kanjuruhan.

"Ada yang telepon sama saya (seseorang) 'anak kamu cepetan ke sini, anak kamu', tidak bilang meninggal, posisi di lorong VIP sudah di situ, terus saya bawa ke RS Wava Husada, adiknya juga di situ posisinya," kata pria asal Krebet, Kabupaten Malang, itu.

Peristiwa itu juga membuat Atok trauma dengan sepak bola.

"Ya trauma, dulu saya total Aremania, setelah kejadian ini (kemudian menangis) saya lihat Arema sudah capek, kecewa, TV saya pukul kalau ada sepak bola," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/05/173259378/di-hadapan-keluarga-korban-presiden-jokowi-janji-usut-tuntas-tragedi

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com