Salin Artikel

Fathir Tertunduk Lesu, Sesali Tak Bisa Selamatkan Nyawa Sepupunya Saat Tragedi Kanjuruhan

KOMPAS.com - Sebanyak 125 orang meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). Salah satu korban jiwa adalah Mita Maulidya (24).

Sabtu itu, Mita bertandang ke Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, bersama sepupunya, Fathir Ramadhan (21). Mereka duduk bersebelahan di tribune atau gate 13 bersama kawan-kawannya.

Namun, saat kericuhan terjadi, Mita dan Fathir terpisah.

"Gas air mata ditembakkan ke arah tribun 13, tempat saya dan Mita menonton pertandingan," ujarnya, Senin (3/10/2022), dikutip dari Tribun Jatim.

Suporter yang berada di gate 13 pun panik. Mereka berlarian menjauhi asap. Suporter berdesak-desakan berebut ingin keluar.

"Karena suasana panik, saya dan Mita terpisah. Saya tak tahu keberadaannya. Asap membuat mata pedih dan napas terasa sesak," ucapnya.

Fathir selamat karena dia keluar dari gate 13 dengan cara memanjat pagar tribune dan turun di lintasan lari di pinggir lapangan.

"Selanjutnya, saya dapat keluar dari stadion. Di luar stadion saya kebingungan mencari teman dan adik saya," ungkapnya.

Beberapa waktu kemudian, ponselnya berdering. Dia mendapat telepon dari kawannya yang mengabari berhasil keluar dari dalam stadion. Temannya lalu meminta Fathir merapat ke gerbang masuk stadion.


Ketika Fathir bertemu kawannya, dia mendengar kabar duka itu. Mita meninggal. Kabar tersebut membuat Fathir menangis sejadi-jadinya. Dia merasa menyesal karena tak bisa menyelamatkan sepupunya.

"Jenazah adik saya berada di tribun VIP. Saya menuju ke sana. Jenazah adik saya langsung dibawa pulang ke rumah duka dengan ambulans," tuturnya.

Dua hari usai kejadian, warga Kabupaten Malang ini kembali mendatangi Stadion Kanjuruhan. Langkah Fathir terhenti di depan patung singa, yang dijadikan sebagai tempat memoar para korban tragedi Kanjuruhan.

Usai menaburkan bunga, Fathir duduk meringkuk sambil memejamkan mata dan menundukkan pandangan. Air matanya pun menetes.

Atas kejadian tersebut, ia berharap agar pihak berwenang bisa mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan.

"Penggunaan gas air mata di stadion dilarang oleh FIFA. Nyawa seakan tidak ada harganya. Saya minta diusut tuntas," tandasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Tangis Fathir Tak Terbendung di Patung Singa Kanjuruhan, Sesali Tak Bisa Selamatkan Adik Sepupu

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/04/150000678/fathir-tertunduk-lesu-sesali-tak-bisa-selamatkan-nyawa-sepupunya-saat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke