Salin Artikel

Biografi Djuanda Kartawijaya, Pahlawan Nasional Asal Tasikmalaya yang Namanya Diabadikan Jadi Bandara Surabaya

Djuanda Kartawijaya dikenal sebagai sosok politisi yang malang-melintang dalam sejumlah jabatan kementerian.

Pos kementerian yang pernah dipimpinnya antara lain Menteri Perhubungan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Pertahanan, hingga Menteri Keuangan.

Puncak karir politiknya adalah saat Djuanda menjadi Perdana Menteri Indonesia yang ke-10 sekaligus terakhir.

Saat menjadi Perdana Menteri inilah Djuanda mengeluarkan Deklarasi Djuanda yang menjadi peneguhan kedaulatan Indonesia terhadap wilayah lautnya.

Profil Djuanda Kartawijaya

Djuanda Kartawijaya lahir pada tanggal 14 Januari 1911 di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Djuanda merupakan anak pertama dari pasangan Raden Kartawijaya dan Nyi Monat.

Ayah Djuanda yaitu Kartawijaya bekerja sebagai seorang Mantri Guru di Hollandsch Indlandsch School (HIS), yaitu sekolah Belanda untuk pribumi.

Djuanda memulai pendidikan dasar di HIS, dan kemudian oindah ke seklolah utuk anak-anak Eropa yaitu Eropa Europesche Lagere School (ELS) hingga tamat tahunu 1924.

Berikutnya, Djuanda melanjutkan studi ke sekolah menengah Belanda yaitu Hoogere Burgerschool te Bandoeng (HBS). Di sini dia lulus tahun 1929.

Kemudian Djuanda melanjutkan pendidikan tingginya di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).

Djuanda Kartawijaya aktif berorganisasi sebagai anggota Muhammadiyah dan Paguyuban Pasundan.

Kedua organisasi itu bukan termasuk organisasi politik. Djuanda juga pernah memimpin salah satu sekolah Muhammadiyah.

Deklarasi Djuanda

Pada tanggal 23 Januari 1946, Djuanda ditunjuk untuk menjadi Kepala Jawatan Kereta Api Republik Indonesia yang pertama.

Jabatan itu diembannya sampai tanggal 2 Oktober 1946, karena dia kemudian ditunjuk untuk menjadi Menteri Perhubungan.

Jabatan Menteri Perhubungan dua kali diembannya, yaiut pertama 2 Oktober 1946-4 Agustus 1949, dan kedua periode 6 September 1950-30 Juli 1953.

Puncak karir politiknya adalah saat Djuanda Kartawijaya menjadi Perdana Menteri Indonesia yang ke-10 yaitu pada periode 9 April 1957 sampai 6 Juli 1959.

Saat menjadi Perdana Menteri inilah Djuanda mencetuskan Deklarasi Djuanda yang intinya berisi penegasan kedaulatan Indonesia atas wilayah lautnya.

Deklarasi Djuanda dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957. Dalam deklarasi itu ditegaskan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara, dan di dalam kepulauan Indonesia.

Wilayah laut itu semuanya masuk menjadi satu kesatuan dalam bingkai Negara Kesatua Republik Indonesia (NKRI).

Sebelum adanya Deklarasi Belanda, wilayah Indonesia mengacu pada Peta Kolonial Belanda yang disebut Teritoriale Zeeen en Maritieme Kringen Ordonantie (TZMKO) terbitan 1939.

Dalam peta itu, luas laut Indonesia hanya 3 mil, sehingga wilayah Laut Jawa, Selat Karimata, Laut Flores, Laut Arafuru, dan sebagainya menjadi laut bebas atau perairan internasional.

Diketahui, perairan internasional adalah zona bebas yang bisa dilalui oleh kapal-kapal dari berbagai negara, tanpa perlu izin dari pemerintah Indonesia.

Kondisi itu dipandang berbahaya, karena Indonesia seolah tidak sebagai satu kesatuan. Padahal terdapat 17 ribu pulau yang menjadi bagian Indonesia.

Ringkasan isi Deklarasi Djuanda yaitu:

  • Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang memiliki corak tersendiri.
  • Wilayah laut di kepulauan nusantara merupakan kedaulatan mutlak Indonesia.
  • Batas teritorial laut Indonesia sepanjang 12 mil diukur dari titik terluar pulau.

Awalnya Deklarasi Djuanda banyak ditentang negara lain, salah satunya Amerika Serikat.

Namun pada akhirnya, yaitu tahun 1982, PBB menggelar Konvensi Hukum Laut ke-III atau United Nations Convention On The Law of The Sea/UNCLOS 1982)

Dalam konvensi tersebut Amerika Serikat dan semua anggota PBB akhirnya mengakui Deklarasi Djuanda.

Hingga saat ini, tanggal 13 Desember ditetapkan sebagai Hari Nusantara.

Akhir Hayat Djuanda Kartawijaya

Djuanda Kartawijaya meninggal dunia pada tanggal 7 November 1963.

Berdasarkan keterangan yang ada, Djuanda meninggal akibat serangan jantung yang menimpanya.

Jenazah Djuanda Kartawijaya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.

Djuanda Kartawijaya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 29 November 1963.

Atas perjuangan dan jasa-jasanya, nama Djuanda banyak diabadikan menjadi nama sejumlah bangunan penting di Indonesia.

Di antaranya bandara di Surabaya yaitu Bandara Internasional Juanda, Taman Hutan Raya Djuanda di Bandung, hingga Universitas Djuanda.

Sumber:
Kompas.com
Kemsoso.go.id

https://surabaya.kompas.com/read/2022/02/12/130047078/biografi-djuanda-kartawijaya-pahlawan-nasional-asal-tasikmalaya-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke