Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khawatir Ketahuan Penyakitnya, Banyak Warga Kota Madiun Takut Cek Kesehatan Gratis

Kompas.com, 7 November 2025, 15:45 WIB
Muhlis Al Alawi,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

MADIUN, KOMPAS.com - Warga yang memanfaatkan program pemeriksaan kesehatan gratis (PKG) di Kota Madiun baru mencapai 18,9 persen atau sekitar 29.000 orang.

Belum banyaknya warga yang melakukan PKG, salah satu faktornya karena takut kalau ketahuan penyakit yang dideritanya.

Kepala Puskesmas Ngegong Kota Madiun, dr. Kesi Wahyu Widarti yang dikonfirmasi Jumat (7/11/2025) menyatakan banyak faktor warga masih enggan memanfaatkan PKG.

“Kendalanya banyak (tidak mau PKG). Masyarakat itu takut kalau dicek takut ketahuan penyakitnya itu yang paling banyak. Kalau ketahuan terus down (tertekan),” ujar Kesi.

Baca juga: Hendak Cari Pakan Burung, Pria di Madiun Temukan Kerangka Manusia di Tengah Hutan

Selain persoalan takut ketahuan penyakit yang diidap, kata Kesi, persoalan kesibukan kerja juga menjadikan warga belum memanfaatkan PKG.

Pasalnya pelayanan PKG dilaksanakan pada jam kerja dari Senin hingga Jumat.

“Mereka mau datang ke puskesmas kalau ada keluhan (gangguan kesehatan),” kata Kesi.

Dari warga yang memanfaatkan PKG, demikian Kesi, paling banyak ditemukan penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi.

Baca juga: Pastikan Distribusi MBG Tidak Basi, Pemkot Madiun Pasang CCTV di Seluruh SPPG

Banyaknya warga yang terdeteksi sakit diabetes dan hipertensi lantaran pola hidup dan pola makan yang tidak sehat.

Untuk membujuk warga memanfaatkan PKG, Kesi menyatakan petugas puskesmas sudah sering menyampaikan di berbagai kegiatan kemasyarakatan untuk memanfaatkan PKG.

Pasalnya, setiap warga diberikan kesempatan satu kali dalam satu tahun untuk menggunakan layanan PKG.

“Kami sudah edukasi agar menggunakan layanan PKG di berbagai acara kegiatan masyarakat. Apalagi saat ini penyakit tidak menular menjadi urutan tertinggi penyebab kematian. Jangan menunggu ada keluhan dulu baru periksa. Sebaiknya sebelum ada keluhan mari diperiksakan kesehatannya,” ungkap Kesi.

Kesi menambahkan bila ditemukan penyakit saat PKG maka petugas akan langsung merujuk ke rumah sakit bila diperlukan rujukan.

Namun bila dapat diobati ditingkat puskesmas maka akan diberikan obat oleh petugas.

Baca juga: Bukti Minim, Polisi Kesulitan Ungkap Pembunuh Wanita Pemilik Warung Kopi di Madiun

Wali Kota Madiun, Maidi menyatakan dirinya menargetkan tahun ini 60.000 warganya sudah memanfaatkan PKG. Saat ini jumlah warganya yang memanfaatkan PKG baru sebanyak 29.000 orang.

“Target saya 60.000 orang. Jadi kalau belum memanfaatkan maka segera datang ke puskesmas terdekat. Jangan sampai PKG tidak ada yang memanfaatkan. Saat ini semua puskesmas sudah siap melayani,” kata Maidi.

Tentang capaian PKG baru 18,9 persen, Maidi mengatakan sejatinya masih ada 10 persen warga yang belum masuk pendataan capaian PKG.

Padahal mereka sudah memanfaatkan PKG.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
Surabaya
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Surabaya
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
Surabaya
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Surabaya
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau