Salin Artikel

Khawatir Ketahuan Penyakitnya, Banyak Warga Kota Madiun Takut Cek Kesehatan Gratis

Belum banyaknya warga yang melakukan PKG, salah satu faktornya karena takut kalau ketahuan penyakit yang dideritanya.

Kepala Puskesmas Ngegong Kota Madiun, dr. Kesi Wahyu Widarti yang dikonfirmasi Jumat (7/11/2025) menyatakan banyak faktor warga masih enggan memanfaatkan PKG.

“Kendalanya banyak (tidak mau PKG). Masyarakat itu takut kalau dicek takut ketahuan penyakitnya itu yang paling banyak. Kalau ketahuan terus down (tertekan),” ujar Kesi.

Selain persoalan takut ketahuan penyakit yang diidap, kata Kesi, persoalan kesibukan kerja juga menjadikan warga belum memanfaatkan PKG.

Pasalnya pelayanan PKG dilaksanakan pada jam kerja dari Senin hingga Jumat.

“Mereka mau datang ke puskesmas kalau ada keluhan (gangguan kesehatan),” kata Kesi.

Dari warga yang memanfaatkan PKG, demikian Kesi, paling banyak ditemukan penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi.

Banyaknya warga yang terdeteksi sakit diabetes dan hipertensi lantaran pola hidup dan pola makan yang tidak sehat.

Untuk membujuk warga memanfaatkan PKG, Kesi menyatakan petugas puskesmas sudah sering menyampaikan di berbagai kegiatan kemasyarakatan untuk memanfaatkan PKG.

Pasalnya, setiap warga diberikan kesempatan satu kali dalam satu tahun untuk menggunakan layanan PKG.

“Kami sudah edukasi agar menggunakan layanan PKG di berbagai acara kegiatan masyarakat. Apalagi saat ini penyakit tidak menular menjadi urutan tertinggi penyebab kematian. Jangan menunggu ada keluhan dulu baru periksa. Sebaiknya sebelum ada keluhan mari diperiksakan kesehatannya,” ungkap Kesi.

Kesi menambahkan bila ditemukan penyakit saat PKG maka petugas akan langsung merujuk ke rumah sakit bila diperlukan rujukan.

Namun bila dapat diobati ditingkat puskesmas maka akan diberikan obat oleh petugas.

Wali Kota Madiun, Maidi menyatakan dirinya menargetkan tahun ini 60.000 warganya sudah memanfaatkan PKG. Saat ini jumlah warganya yang memanfaatkan PKG baru sebanyak 29.000 orang.

“Target saya 60.000 orang. Jadi kalau belum memanfaatkan maka segera datang ke puskesmas terdekat. Jangan sampai PKG tidak ada yang memanfaatkan. Saat ini semua puskesmas sudah siap melayani,” kata Maidi.

Tentang capaian PKG baru 18,9 persen, Maidi mengatakan sejatinya masih ada 10 persen warga yang belum masuk pendataan capaian PKG.

Padahal mereka sudah memanfaatkan PKG.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/11/07/154540078/khawatir-ketahuan-penyakitnya-banyak-warga-kota-madiun-takut-cek-kesehatan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com