SIDOARJO, KOMPAS.com - Tim SAR Gabungan mulai mengerahkan alat berat untuk mengevakuasi korban reruntuhan mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
Keputusan tersebut dilakukan setelah rapat koordinasi petugas SAR Gabungan dan berdialog dengan keluarga korban yang masih menunggu kabar anak-anaknya di posko.
Terlebih, berdasarkan hasil deteksi melalui alat canggih, salah satunya drone thermal dari Rabu (1/10/2025) sore hingga Kamis (2/10/2025) pagi hari ini, tidak ditemukan tanda-tanda adanya kehidupan.
Baca juga: Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny, BNPB: Tak Ditemukan Tanda Kehidupan Lagi
“Jadi mereka (keluarga korban) memutuskan agar kami aparat mengevakuasi menggunakan alat berat,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, Kamis (2/10/2025).
Perasaan sedih tergambar dari raut wajah keluarga. Tetapi, mereka juga tak menuntut korban ditemukan oleh petugas dalam keadaan bernyawa.
“Dan untuk memperkuat, kami membuat berita acara yang ditandatangani oleh wakil dari warga masyarakat yang ada keluarganya di situ. Ini juga menjaga bahwa kami tidak bertindak sesuai keinginan sendiri,” ungkapnya.
Baca juga: 13 Santri Al Khoziny Masih Dirawat di RSUD Notopuro Sidoarjo, 2 Dioperasi
Petugas mengklaim telah memberikan penawaran untuk melanjutkan proses pencarian korban dengan cara manual. Tapi, keputusan bulat keluarga korban meminta agar segara diangkat puing-puing bangunannya.
“Tapi dari suara bulat, mereka menyatakan, sudah cukup, Pak. Sudah cukup karena sudah tiga hari, sekarang tolong itu segera dievakuasi menggunakan alat-alat berat,” jelas Suharyanto.
Apabila di balik reruntuhan ditemukan jenazah, keluarga terkait akan segera melakukan pengurusan jenazah.
Suharyanto tidak dapat memastikan berapa kurun waktu yang dibutuhkan petugas untuk menyelesaikan proses evakuasi hingga tuntas.
“Sampai kapan? Sampai bersih, sampai semua korban itu ditemukan dan kita sudah punya datanya,” imbuhnya.
Sebelumnya, petugas menduga masih ada 59 orang yang masih dalam proses pencarian. Ia berharap, 59 orang tersebut bukan terdaftar sebagai korban reruntuhan.
Sebab, sebelumnya terdapat keluarga yang melapor kehilangan anaknya tetapi saat bertemu di lokasi anaknya dalam kondisi selamat dan tidak terdaftar sebagai korban reruntuhan.
“Sekali lagi, apakah 59 atau tidak, kami belum tahu. Sekali lagi, kami mudah-mudahan tidak sebanyak itu,” pungkasnya.
Diketahui, bangunan yang difungsikan sebagai mushala tiga lantai di area asrama putra Ponpes Al Khoziny Sidoarjo ambruk dan menimpa para santri saat sedang melaksanakan shalat ashar pada Senin (29/9/2025) sekitar pukul 15.00 WIB.
Berdasarkan analisa tim SAR gabungan, penyebab ambruknya bangunan mushala Ponpes Al Khoziny adalah kegagalan konstruksi akibat ketidakmampuan menahan beban dari kapasitas seharusnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang