KEDIRI, KOMPAS.com - Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kediri, Jawa Timur, menjadi sasaran vandalisme berupa gambar maupun tulisan tak senonoh oleh pelaku yang tak dikenal.
Sebagaimana terlihat pada Jumat (29/8/2025) pagi, vandalisme bergambar mirip kelamin pria itu digambarkan di plakat papan nama utama yang berada di pagar bagian depan.
Gambar yang tampak menggunakan cat semprot warna biru itu berukuran cukup besar dan memanjang seukuran plakat.
Selain itu, coretan vandalisme juga terdapat di dinding sebuah bangunan seberang jalan depan kantor.
Baca juga: Vandalisme Marak Lagi di Solo, Wali Kota: Kami Cari, Pelaku Akan Dibina Polisi...
Di titik itu, isi vandalismenya juga tak senonoh.
Selain tulisan yang menyebut nama lembaga DPRD, terdapat gambar alat kelamin.
Perilaku vandalisme itu diduga terjadi pada Kamis malam ataupun Jumat dini hari.
Namun, tidak diketahui pasti pelaku maupun motifnya.
Perihal ini, pihak kepolisian, baik tingkat sektor hingga resor enggan berkomentar terkait vandalisme tersebut.
Ashari, anggota Komisi C DPRD Kota Kediri, juga enggan berandai-andai siapa pelakunya.
Namun, dia menduga itu merupakan ekspresi kekecewaan terkait dengan eskalasi politik yang tengah terjadi di Jakarta.
“Mungkin itu ekspresi kekecewaan masyarakat, melihat perkembangan yang ada di pusat. Yang saat ini sedang terjadi gerakan masyarakat menyampaikan aspirasi,” ujar Ashari yang juga ketua Dewan Pengurus Cabang Partai Demokrat Kota Kediri, Jumat (29/8/2025).
Baca juga: Ketika Sejuknya Suasana di Teras Cihampelas Tercoreng Vandalisme...
Sebab, biasanya, Ashari mengatakan, riuh politik yang terjadi di tingkat pusat kerap berimbas ke tingkat daerah, baik dalam bentuk unjuk rasa, audiensi langsung, melalui surat, maupun bentuk lainnya.
Perihal penyampaian itu, pihaknya tidak bisa membatasi, menghalau, bahkan menolak suara-suara ataupun aspirasi masyarakat yang masuk.
Sebab, itu merupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat.
“(Eskalasi pusat) Pasti akan berdampak di daerah. Suara masyarakat bisa macam-macam. Termasuk yang seperti itu (vandalisme),” ucap dia.
Namun demikian, dia menyayangkan jika penyampaian aspirasi itu dilakukan dengan cara yang tidak etis, apalagi dengan cara yang merusak.
Padahal, pihaknya senantiasa membuka diri untuk menerima setiap aspirasi yang datang, sepanjang dilakukan dengan santun dan berbudaya.
“Kami mengimbau agar penyampaian dilakukan secara santun. Termasuk kami, apa yang dirasakan oleh masyarakat jadi bahan kami meningkatkan kinerja,” katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang