Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal dari Hobi, Pria di Batu Raup Cuan Jutaan dari Pesawat Tenaga Karet, Tembus Pasar Global

Kompas.com, 29 Juli 2025, 17:17 WIB
Nugraha Perdana,
Icha Rastika

Tim Redaksi

BATU, KOMPAS.com - Berawal dari hobi masa kecil, Imam Syafi'i, seorang perajin asal Kecamatan Ngaglik, Kota Batu, Jawa Timur sukses mengubah kecintaannya pada pesawat mainan menjadi bisnis yang mendunia.

Karyanya, pesawat "free flight" atau pesawat tenaga karet kini telah menembus pasar internasional dan diminati kolektor dari berbagai benua.

Sejak Imam memulai usahanya pada tahun 2016, produknya langsung terbang melintasi batas negara.

Pesanan tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari negara-negara seperti Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, India, dan Mesir.

"Pesanan terjauh yang pernah saya terima dari Polandia," kata Imam pada Selasa (29/7/2025).

Baca juga: Banyuwangi Batasi Penggunaan Kantong Plastik, UMKM Kerajinan Bambu Kembali Bergairah

Tingginya minat terhadap karyanya membuat Imam nyaris kewalahan. Setiap hari, ia menerima antara 30 hingga 50 pesanan.

"Saya terpaksa membatasi jumlah pesanan harian. Ini saya lakukan untuk memastikan setiap pesawat dibuat dengan kualitas terbaik tanpa terburu-buru," katanya.

Otodidak

Keahlian Imam dalam merakit pesawat tenaga karet ini tidak didapat dari pendidikan formal.

Pria lulusan D3 pariwisata dan perhotelan ini belajar secara otodidak, didorong oleh hasratnya pada dunia aviasi sejak kecil.

"Semuanya berawal saat saya SD. Saya dan teman-teman sering bermain pesawat kertas di Pujon, dekat Goa China. Karena lokasinya tinggi, pesawat kertas kami bisa terbang sangat jauh, dan itu membuat saya takjub," kata pria berusia 42 tahun tersebut.

Ketertarikan itu berlanjut hingga SMA dengan helikopter radio control, dan mencapai puncaknya pada tahun 2008 ketika ia menemukan konten mengenai pesawat tenaga karet di YouTube.

Sejak saat itu, ia mulai serius belajar, merakit, hingga berhasil menjuarai berbagai kompetisi, yang mengasah keterampilannya ke level profesional.

Baca juga: Mengintip Rahasia Pembuatan Pesawat di PTDI: Wisata Edukatif yang Seru di Bandung

Selain fokus pada produksi, Imam aktif berbagi ilmunya. Ia sering memberikan edukasi dan pelatihan pembuatan pesawat tenaga karet di berbagai institusi, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Workshop miliknya pun terbuka bagi mahasiswa yang ingin belajar langsung.

Untuk produknya, Imam menawarkan berbagai pilihan dengan harga yang variatif.

Ada paket kit atau rakit sendiri mulai dari Rp 37.000 hingga Rp 120.000, cocok untuk pemula dan pelajar.

Kemudian, pesawat pesanan khusus dengan harga bisa mencapai Rp 2,5 juta hingga Rp 4,5 juta.

"Harga yang lebih tinggi itu ditentukan oleh tingkat kerumitan desain, presisi dalam pengaturan terbang (setting), dan waktu pengerjaan yang jauh lebih lama," kata Imam. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau