BATU, KOMPAS.com - Berawal dari hobi masa kecil, Imam Syafi'i, seorang perajin asal Kecamatan Ngaglik, Kota Batu, Jawa Timur sukses mengubah kecintaannya pada pesawat mainan menjadi bisnis yang mendunia.
Karyanya, pesawat "free flight" atau pesawat tenaga karet kini telah menembus pasar internasional dan diminati kolektor dari berbagai benua.
Sejak Imam memulai usahanya pada tahun 2016, produknya langsung terbang melintasi batas negara.
Pesanan tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari negara-negara seperti Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, India, dan Mesir.
"Pesanan terjauh yang pernah saya terima dari Polandia," kata Imam pada Selasa (29/7/2025).
Baca juga: Banyuwangi Batasi Penggunaan Kantong Plastik, UMKM Kerajinan Bambu Kembali Bergairah
Tingginya minat terhadap karyanya membuat Imam nyaris kewalahan. Setiap hari, ia menerima antara 30 hingga 50 pesanan.
"Saya terpaksa membatasi jumlah pesanan harian. Ini saya lakukan untuk memastikan setiap pesawat dibuat dengan kualitas terbaik tanpa terburu-buru," katanya.
Keahlian Imam dalam merakit pesawat tenaga karet ini tidak didapat dari pendidikan formal.
Pria lulusan D3 pariwisata dan perhotelan ini belajar secara otodidak, didorong oleh hasratnya pada dunia aviasi sejak kecil.
"Semuanya berawal saat saya SD. Saya dan teman-teman sering bermain pesawat kertas di Pujon, dekat Goa China. Karena lokasinya tinggi, pesawat kertas kami bisa terbang sangat jauh, dan itu membuat saya takjub," kata pria berusia 42 tahun tersebut.
Ketertarikan itu berlanjut hingga SMA dengan helikopter radio control, dan mencapai puncaknya pada tahun 2008 ketika ia menemukan konten mengenai pesawat tenaga karet di YouTube.
Sejak saat itu, ia mulai serius belajar, merakit, hingga berhasil menjuarai berbagai kompetisi, yang mengasah keterampilannya ke level profesional.
Baca juga: Mengintip Rahasia Pembuatan Pesawat di PTDI: Wisata Edukatif yang Seru di Bandung
Selain fokus pada produksi, Imam aktif berbagi ilmunya. Ia sering memberikan edukasi dan pelatihan pembuatan pesawat tenaga karet di berbagai institusi, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Workshop miliknya pun terbuka bagi mahasiswa yang ingin belajar langsung.
Untuk produknya, Imam menawarkan berbagai pilihan dengan harga yang variatif.
Ada paket kit atau rakit sendiri mulai dari Rp 37.000 hingga Rp 120.000, cocok untuk pemula dan pelajar.
Kemudian, pesawat pesanan khusus dengan harga bisa mencapai Rp 2,5 juta hingga Rp 4,5 juta.
"Harga yang lebih tinggi itu ditentukan oleh tingkat kerumitan desain, presisi dalam pengaturan terbang (setting), dan waktu pengerjaan yang jauh lebih lama," kata Imam.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang