SURABAYA, KOMPAS.com - Wilayah Surabaya dan sekitarnya dilanda fenomena bediding dalam beberapa hari terakhir. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi hal tersebut bakal terjadi hingga Agustus 2025.
Prakirawan BMKG Juanda, Thariq Harun mengatakan, penurunan suhu yang terjadi di Jawa Timur (Jatim) saat ini disebabkan oleh tidak adanya tutupan awan di langit.
"Biasanya suhu terasa lebih dingin jika tutupan awan hampir tidak ada yang menyelimuti langit. Panas dari bumi akan keluar angkasa tanpa halangan dari awan," kata Thariq saat dikonfirmasi, Kamis (10/7/2025).
Baca juga: Apa Itu Bediding? Ini Alasan Suhu Udara Terasa Sangat Dingin di Musim Kemarau
"Pada umumnya (fenomena penurunan suhu) terjadi di rentang bulan Juli hingga Agustus 2025," tambahnya.
Lebih lanjut, kata Thariq, sejumlah wilayah Jatim juga diprediksi masih akan merasakan hujan di musim kemarau di tahun ini. Hal tersebut disebabkan oleh aktifnya monsun Australia.
Baca juga: Yogyakarta Diselimuti Bediding, Suhu Dingin Capai 19 Derajat Celsius
"Suhu dingin atau bediding tahun ini diiringi oleh adanya kemarau basah, sehingga masih ada potensi hujan sekala lokal. Saat ini angin bertiup dari timur ke barat di mana aktifnya monsun Australia," ujarnya.
Saat ini, suhu tertinggi di daerah Surabaya dan sekitarnya 35 derajat celsius dan suhu terendah 22 derajat celsius.
Sementara itu, Rama Indra (26), salah satu warga Kecamatan Gubeng, Surabaya, mengaku merasakan bediding. Menurutnya, matahari masih panas namun angin yang bertiup dingin.
"Enggak ingat mulai kapan, tapi akhir-akhir ini saya memang merasanya cuaca di Surabaya kurang bersahabat. Saat siang matahari menyengat, tetapi anginnya terasa dingin," ucap Rama.
Sedangkan, lanjut Rama, cuaca di malam hari sangat dingin dan terkadang diiringi hujan beberapa kali. Menurutnya, perubahan suhu udara tersebut membuatnya sakit dalam beberapa hari.
"Terus kalau malam sangat dingin, sehingga suhu tubuh saya jadi kurang stabil. Beberapa hari lalu saya meriang, cara sembuhnya hanya banyak minum air sama yang hangat-hangat," jelasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang