BANGKALAN, KOMPAS.com - Dua jemaah haji asal Bangkalan, Jawa Timur, meninggal saat berada di pesawat dari Jeddah ke Bandara Juanda, Surabaya.
Jemaah haji itu adalah Salimah (88) warga Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan. Ia tutup usia setelah sempat mengeluhkan pusing.
Jemaah lainnya yang meninggal di dalam pesawat yang sama adalah Mukatin (68), pensiunan guru yang merupakan warga Perumahan Pondok Halim 2, Kecamatan Burneh.
Keduanya meninggal hampir bersamaan. Yakni, sekitar satu jam sebelum pesawat mendarat di Bandara Juanda.
Hj Salimah berangkat haji didampingi putranya, Adnan dan tergabung dalam kloter 29.
Kondisi Salimah yang sudah sepuh membuatnya sesekali dibantu kursi roda saat menjalankan ibadah.
Adnan mengatakan, semula kondisi ibunya sehat. Ia dan ibunya duduk berjarak tiga baris dengan Mukatin yang juga meninggal di dalam pesawat.
Baca juga: Diduga Henti Jantung, Jemaah Haji asal Bangkalan Tutup Usia di Pesawat
Satu jam sebelum mendarat di Bandara Juanda Surabaya, ibunya meminta ganti popok dan berjalan ke toilet yang ada di dalam pesawat. Namun, saat di toilet itu, Salimah mengalami pusing.
"Saya bilang ke umi, kalau pusing jangan ganti di sini, lebih baik di luar toilet. Lalu saya masuk menggantikan popok umi," ucapnya, Jumat (20/6/2025).
Adnan lalu menggantikan popok ibunya tersebut. Usai popoknya diganti, Salimah berjalan ke kursi namun kepalanya sudah mengalami pusing.
"Masih bisa jalan sampai di kursi. Beliau duduk di dekat jendela, sebelahnya ada orang lain setelah itu kursi saya. Saya lalu pasangkan belt," imbuhnya.
Tak lama kemudian, Mukatin yang ada di kursi belakangnya pingsan. Adnan langsung bangun dan memanggil tenaga medis. Sedangkan Salimah masih di kursinya.
"Tenaga medis lalu mengecek kondisi jemaah yang di belakang itu (Mukatin), lalu diberi oksigen dan di pompa namun tidak tertolong," ungkapnya.
Tak lama kemudian, Adnan kembali ke kursinya dan melihat ibunya sudah bersandar di kursi. Adnan berusaha memanggil ibunya namun tak ada jawaban.
"Biasanya saat saya panggil itu, ibu saya jawab 'apah cong' (ya nak). Tapi saat itu napasnya justru sesak, langsung saya panggil tenaga medis," jelasnya.
Salimah lalu mendapatkan bantuan tenaga medis dan sempat mendapatkan perawatan oksigen. Tim medis juga melakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR) pada Salimah.
"Pas di pompa satu dan dua itu masih ada napas lalu dipompa ketiga kalinya itu setengah jam lagi mendarat, umik saya sudah tidak ada," ungkapnya.
Sementara itu, dokter pendamping kloter 29, dr Anita Oktavia mengatakan, Salimah mengalami henti jantung saat di atas pesawat. Kondisi Salimah yang sudah sepuh diduga juga memperburuk daya tahan tubuhnya.
"Almarhumah sudah sepuh. Untuk penyebabnya karena henti jantung," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang