SURABAYA, KOMPAS.com - Menjelang hari jadi ke-98 Persebaya Surabaya yang jatuh pada Rabu, 18 Juni 2025, manajemen, staf pelatih, dan pemain Persebaya melakukan ziarah ke makam pendiri klub, M Pamoedji.
Ziarah tersebut berlangsung di Tempat Pemakaman Umum Karang Tembok, Kecamatan Simokerto, Surabaya.
Tradisi ziarah ini bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan bentuk penghormatan dan refleksi terhadap sejarah panjang klub yang dikenal sebagai Bajul Ijo.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi momentum untuk menyalakan kembali semangat perjuangan yang diwariskan oleh pendiri klub.
Baca juga: Hari Jadi Ke-98 Persebaya: Ziarah, Tumpeng dan Sepak Bola Sarat Makna
Penjaga gawang Andhika Ramadhani, yang turut hadir dalam rombongan ziarah, dengan penuh rasa hormat memberikan doa di makam almarhum dan berbagi harapan sederhana namun penuh makna.
"Ke sini ya. Kita mengunjungi makam pendiri Persebaya. Semoga kita pemain bisa memberikan juaralah buat pendiri Persebaya," ujarnya.
Menjelang ulang tahun ke-98, doa-doa yang dipanjatkan juga ditujukan untuk perjalanan Persebaya ke depan, termasuk untuk Bonek, suporter setia Persebaya.
"Doakan kami dan ramaikan kota Surabaya," kata Andhika Ramadhani.
Persebaya bukanlah klub biasa; klub ini berdiri pada 18 Juni 1927 dengan nama awal Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB).
Klub ini menjadi simbol perjuangan rakyat pribumi pada masa kolonial.
Di tengah dominasi klub-klub Eropa, SIVB hadir untuk memberikan wadah bagi pemuda Indonesia yang ingin bertarung di lapangan hijau.
Baca juga: Dukung Klub Kebanggaan, Eri Cahyadi Berencana Turunkan Sewa GBT untuk Persebaya Surabaya
Lebih dari sekadar olahraga, sepak bola menjadi alat pemersatu dan perjuangan.
Semangat inilah yang dibawa oleh dua tokoh pendiri Persebaya, M Pamoedji dan Paijo.
Keduanya adalah pelopor yang menjadikan sepak bola sebagai bentuk perlawanan halus terhadap penjajahan dan jalan untuk menyuarakan identitas bangsa.
M Pamoedji, yang lahir di Blitar pada 28 Februari 1905, telah memperkenalkan nama "Indonesia" melalui klub SIVB bahkan sebelum Sumpah Pemuda dikumandangkan.
Ia tidak hanya dikenal sebagai tokoh olahraga, tetapi juga pernah menjabat sebagai Residen Surabaya.
Pamoedji wafat pada 20 Oktober 1951, dan kini namanya terus dikenang sebagai salah satu pilar berdirinya Persebaya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang