Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Kesulitan Tangkap Pelaku Balap Liar karena Kucing-kucingan

Kompas.com, 21 Maret 2025, 19:49 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Aparat kepolisian di Surabaya mengungkapkan bahwa mereka terus berupaya menangkap pelaku balap liar yang kerap berpindah lokasi untuk menghindari razia.

Kasat Lantas Polrestabes Surabaya, AKBP Herdiawan Arifianto, menjelaskan bahwa para pelaku kini tidak lagi berkumpul dalam kelompok besar. Mereka beroperasi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 hingga 5 orang.

“Mereka bukan membentuk ikatan kelompok besar, tidak. Jadi 4 sampai 5 orang, ketemu di lampu merah langsung (balapan), selama ini seperti itu,” ungkap Herdiawan saat dikonfirmasi pada Jumat (21/3/2025).

Baca juga: Fenomena Balap Liar di Surabaya Saat Ramadhan yang Ganggu Kenyamanan Warga

Herdiawan menambahkan, karena pelaku balap liar ini sering berpindah lokasi, pihak kepolisian kesulitan mengetahui secara pasti di mana mereka akan melakukan aksi.

Meskipun demikian, patroli tetap dilakukan untuk mencari lokasi-lokasi yang digunakan para pelaku.

“Mereka kucing-kucingan, cari tempat, cari selanya. Misalnya kita habis patroli di sini, mereka curi start di situ. Kami tetap terus bubarkan, cuman itu tadi mereka ini kucing-kucingan,” ujarnya.

Herdiawan juga menyatakan rasa syukurnya atas berdirinya sejumlah pos pengamanan mudik di berbagai lokasi, yang diharapkan dapat mengurangi aksi balap liar di kalangan pemuda.

“(Sanksi) tilang dan kami serahkan ke Polsek untuk dipanggil orangtuanya untuk pembinaan. Apalagi ini mendekati liburan, Polrestabes sudah mulai kuda-kuda (persiapan),” tambahnya.

Sebelumnya, akun Instagram @infosurabayans membagikan video yang menunjukkan seorang wanita merekam suara keras yang diduga berasal dari knalpot brong sepeda motor.

Dalam video tersebut, wanita tersebut mengeluhkan suara bising yang mengganggu malamnya.

Baca juga: Marak Balap Liar Saat Ramadhan, Wabup Lumajang Izinkan Jalan Lintas Timur Jadi Arena

"Kerungu gak kon besti (kedengaran enggak kamu), sewengi (semalaman) Ya Allah jenenge balapan iku ngalah-ngalahi (namanya balapan itu mengalahkan) Mandalika besti," ucap wanita dalam video tersebut.

Suara knalpot brong dan klakson sepeda motor terdengar semakin kencang, sementara sirene aparat kepolisian juga terekam.

Wanita tersebut, yang diduga tinggal di sekitar Jalan Ngagel Jaya Utara, Kecamatan Gubeng, Surabaya, mempertanyakan keberadaan polisi saat razia berlangsung.

“Loh sek onok obrakan (baru ada razia), lah ket mau nandi ae polisine (dari tadi kemana saja polisinya), sewengi aku gak turu belas (semalam aku gak tidur sama sekali),” ucapnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau