Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mudik Gratis Bali-Banyuwangi Ditiadakan, Ikawangi Dewata Sedih

Kompas.com, 13 Maret 2025, 13:46 WIB
Fitri Anggiawati,
Andi Hartik

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi) Dewata Bali mengaku merasa sedih dengan ditiadakannya program mudik gratis dari Bali ke Banyuwangi oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

Ikawangi Dewata mendapatkan informasi tersebut langsung dari Dinas Perhubungan (Dishub) Banyuwangi yang menghubungi mereka.

“Kita dapat info dari Dishub Banyuwangi yang menelepon bahwa mudik gratis ditiadakan tahun ini. Katanya, mengajukan ke pemerintah pusat, tidak disetujui. Mungkin karena efisiensi anggaran,” kata Sekretaris Jenderal Ikawangi Dewata, Lulut Joni Prasojo, Rabu (12/3/2025) malam.

Baca juga: Pria asal Bali Tewas Misterius di Pinggiran Sungai Banyuwangi

Padahal, mudik gratis ke Banyuwangi telah delapan kali digelar dan menjadi program rutin yang dilakukan sejak tahun 2014. Berhenti sementara hanya saat merebaknya pandemi Covid-19.

Diterangkan Lulut, biasanya Pemkab Banyuwangi memberikan dukungan dengan menyiapkan 8 bus dan 2 truk.

Baca juga: Libur Lebaran, Pelni Maumere Tidak Kebagian Tiket Mudik Gratis

Tiap bus akan berisi sekitar 56 penumpang, sementara truk digunakan untuk mengangkut motor para pemudik.

“Satu bus bisa memuat 56 penumpang, per truk bisa memuat 32 motor,” jelasnya.

Ditambahkan Lulut, pria yang sudah merantau di Pulau Dewata selama 20 tahun itu mengaku banyak dari anggota Ikawangi Dewata yang sedih dengan adanya keputusan untuk meniadakan mudik gratis.

Sementara banyak dari anggota Ikawangi Dewata yang hendak mudik ke Banyuwangi secara mandiri terkendala berbagai hal, di antaranya kondisi tubuh.

“Misalnya Pak Hari, anggota Ikawangi Dewata usia 55 tahun dan punya anak 10 tahun, rumahnya di Tegalsari. Dia bingung bagaimana mudik ke Banyuwangi, naik motor tidak memungkinkan,” tuturnya.

Sementara jika menggunakan bus yang berkisar Rp 180.000 per orang atau travel Rp 250.000 - Rp 300.000, tarif relatif mahal serta tak bisa leluasa bepergian sebab tak membawa motor ke kampung halaman.

Namun demikian, dia mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi yang dihadapi dan berharap mudik gratis dapat diselenggarakan kembali pada tahun depan.

“Karena ini juga cukup membantu mengurangi kemacetan dan kecelakaan. Pemerintah dan polisi diringankan karena setiap tahun hampir tidak ada insiden berarti,” ungkapnya.

Bus yang berjalan beriringan disebutnya mampu memangkas rentetan kemacetan yang berpeluang terjadi. Sementara jika dilakukan mandiri, waktu mudik yang dibutuhkan bisa mencapai 12-16 jam.

Mayoritas penumpang yang diangkut oleh bus mudik gratis pun disebutnya juga banyak diisi oleh ibu dan anak, sehingga adanya mudik gratis cukup bermanfaat bagi banyak keluarga.

“Kami sedih dan kecewa, tapi kami juga pasrah sebab kita tidak punya kemampuan untuk memutuskan. Kami berharap tahun depan diadakan karena ini sangat membantu masyarakat,” tandasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
3 Bulan 111 Siswa SDN Tamberu 2 Telantar di Tenda, Solusi Bangun Gedung Baru
Surabaya
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Pemkot Surabaya Berencana Bongkar Kampung Taman Pelangi Bulan Ini
Surabaya
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Hama Anjing Tanah Serang Tanaman Padi di Sumenep, Petani Merugi
Surabaya
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Beda Kecepatan, Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Vs Kebakaran Terra Drone
Surabaya
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Air Pasang Laut Perparah Kondisi Banjir 5 Kecamatan di Sidoarjo
Surabaya
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Cerita Kurir Paket di Sumenep, Bawa Marmut, Ikan Hidup, hingga Besi 3 Meter
Surabaya
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Kisah Akbar, Mahasiswa yang Menyambi Kerja Jadi Kurir Tiga Lini
Surabaya
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
3 Rumah Hancur akibat Ledakan Bahan Petasan di Pacitan, 5 Orang Terluka
Surabaya
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Ratusan Desa Rawan Bencana, BPBD Sumenep Susun Panduan Penanggulangan
Surabaya
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
33 Lembaga Zakat Jatim Kirim 103 Ton Bantuan ke Bencana Sumatera
Surabaya
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Ditanya Maraknya Tambang Ilegal di Bangkalan, Khofifah Enggan Komentar
Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Dua Atlet Nasional yang Menapaki Jalan Baru Lewat Pendidikan di Surabaya
Surabaya
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Perjuangan Desi, Jualan Lumut Sambil Momong Anak demi Kebutuhan Keluarga
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau