MALANG, KOMPAS.com - Umat Muslim warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas Perempuan Kelas II A Malang, Kota Malang tengah disibukkan dengan kegiatan keagamaan selama bulan puasa ini.
Mereka mulai mengikuti shalat berjemaah, tadarus Al Qur'an, dan pengajian.
Kepala Lapas Perempuan Kelas II A Malang, Yunengsih mengatakan, ada 61 WBP yang mengikuti 4 hingga 5 kali kegiatan tadarus atau khatam Al Qur'an setiap harinya.
Kegiatan itu dilakukan selama bulan suci Ramadhan, mulai pagi hingga sore hari di Aula Kartini.
Baca juga: Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa Ramadhan Kota Bandar Lampung 7 Maret 2025
Kegiatan ini diharapkan menjadi kesempatan introspeksi diri bagi para WBP untuk lebih baik lagi dalam menjalani kehidupannya.
"Iya tentu, bulan puasa itu kan kita memperbaiki diri. Mereka, teman-teman dari warga binaan ini, kita upayakan Ramadhan ini, meskipun mereka berada di dalam lapas, tetap merasakan untuk perbaikan diri mereka, agar mereka juga jadi lebih baik," kata Yunengsih, Rabu (5/3/2025).
Di Lapas Perempuan Kelas II A Malang, terdapat 425 WBP umat Muslim dari total 469 WBP.
WBP umat Muslim juga mengikuti kegiatan shalat Tarawih dan pengajian bersama dengan menggandeng Kemenag Kota Malang.
"Kegiatan pondok pesantren atau pengajian bersama, tausiah itu setiap hari Senin hingga Jumat mulai jam setengah 9 pagi sampai jam 10 pagi. Semua warga binaan Muslim diwajibkan ikut," katanya.
Baca juga: Warga Binaan Lapas Lumajang Bisa Buka Bersama Keluarga, Ini Syaratnya
Selain itu, 50 WBP juga menghabiskan sebagian waktu dengan memproduksi peci rajut.
Hasil karya mereka dijual ke toko Muslim, yaitu Toko Altara (Kota Malang), dengan harga setiap peci Rp 80.000-Rp 90.000.
Para WBP yang membuat peci rajut juga mendapat upah atau premi sebesar 10 persen dari hasil setiap item yang diproduksi.
"Sekarang produksinya puluhan, ini sudah mulai meningkat. Tahun lalu, sewaktu pertengahan Ramadhan, bisa sampai ratusan," ucapnya.
Di sisi lain, untuk aturan jam besuk di Lapas Perempuan Malang selama Ramadhan hanya ada satu sesi yang sebelumnya dua sesi, di hari Selasa dan Kamis.
"Di sesi pagi, tapi selebihnya kita berikan kesempatan bagi keluarga untuk memberi makanan pada jam 2 siang sampai jam 3, setiap hari, kecuali Sabtu dan Minggu," katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang