KEDIRI, KOMPAS.com - Ribuan ekor ikan hias koi milik petani di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, hanyut terbawa banjir bandang yang terjadi pada Rabu (29/1/2025) petang.
Peristiwa ini mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi para petani, diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Fariz (35), salah satu petani ikan koi, mengungkapkan bahwa dirinya kehilangan 15.000 ekor ikan koi setelah tiga dari lima kolam pembesarannya jebol diterjang banjir.
Baca juga: Aksi Heroik Penyelamatan Satu Keluarga yang Diterjang Banjir Bandang di Kuansing Riau
“Kerugian saya sekitar Rp 15 juta. Banjirnya sore hari,” ujar Fariz kepada Kompas.com, Kamis (30/1/2025).
Fariz juga menambahkan bahwa kerugian tersebut hanya perhitungan kasar berdasarkan jumlah ikan saja.
Jika dihitung dengan biaya perbaikan kolam, jumlah kerugian akan jauh lebih besar.
“Ikan bisa cari lagi. Kalau kolam, harus bikin lagi dari nol dan biayanya tidak sedikit,” ungkap pemilik Farizen Koi Farm ini.
Sementara itu, Dadang Hariyanto, petani ikan lainnya, mengalami kerugian yang lebih besar.
Ikan koi siap jual di kolamnya ludes tak tersisa akibat bencana hidrometeorologi tersebut.
Baca juga: Banjir Bandang Pekalongan Telan Banyak Korban, Apa Penyebabnya?
“Padahal, minggu depan rencananya sudah panen itu,” kata Dadang.
Kerugian yang dialaminya mencapai sekitar Rp 50 juta. Ikan-ikan tersebut, menurutnya, adalah ikan yang sudah terpilih sesuai ukuran dan warna sehingga siap dijual.
“Kalau kerugian, di atas Rp 50 juta itu. Ikannya bagus-bagus,” lanjutnya.
Kondisi serupa juga dialami sekitar 20 peternak lainnya di sentra perikanan tersebut sehingga total nilai kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Fariz ataupun Dadang menegaskan bahwa banjir yang terjadi dua kali dalam seminggu ini merupakan bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Banjir bandang yang disertai hujan deras tersebut merupakan air kiriman dari wilayah lereng Gunung Kelud yang meluber hingga ke Sungai Brantas.
Mereka menduga penyebab banjir adalah perubahan jenis tanaman dari jenis kayu ke jenis lainnya di wilayah Gunung Kelud.
Oleh karena itu, mereka berharap pemerintah segera turun tangan mengatasi masalah ini.
Mereka mengusulkan penetapan aturan penanaman pohon di lereng gunung dan penataan ulang saluran air yang ada.
“Sebagai dampaknya, kami ini yang tinggal di hilir. Bukan hanya kami yang ternak ikan, tetapi pertanian juga terdampak,” pungkas Dadang.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang