LUMAJANG, KOMPAS.com - Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali mengalami erupsi pada Senin (13/1/2025).
Berdasarkan laporan dari Pos Pemantauan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur, sejak pukul 00.00 WIB, gunung ini telah mengalami lima kali erupsi.
Erupsi pertama terjadi pada pukul 00.23 WIB dengan amplitudo 22 milimeter dan durasi 125 detik.
Namun, erupsi ini tidak dapat dipantau secara visual karena gunung tertutup kabut.
Erupsi kedua terjadi pada pukul 01.04 WIB, di mana kolom abu yang dihasilkan terpantau mencapai ketinggian 700 meter di atas puncak kawah.
Baca juga: Banjir Lahar Gunung Semeru, Jalur Alternatif Lumajang - Malang Terputus
Selanjutnya, erupsi ketiga terjadi pada pukul 03.36 WIB, tetapi kolom letusan abu tidak dapat teramati karena kabut.
Erupsi keempat terjadi pada pukul 07.42 WIB, yang kembali mengeluarkan kolom abu setinggi 700 meter di atas puncak kawah.
Terakhir, erupsi kelima terjadi pada pukul 09.49 WIB, dengan durasi 134 detik dan amplitudo 22 milimeter, namun tidak dapat dipantau secara visual akibat kabut.
"Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Senin, 13 Januari 2025 pukul 07.42 WIB dengan tinggi kolom abu teramati 700 meter di atas puncak," ungkap petugas PPGA Semeru, Sigit Rian Alfian, dalam keterangan tertulis.
Sebagai informasi tambahan, dalam 24 jam terakhir, yaitu pada Minggu (12/1/2025) pukul 00.00-24.00 WIB, PPGA Semeru merekam total 65 kali letusan erupsi.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Yudhi Cahyono, menyatakan bahwa saat ini status aktivitas Gunung Semeru berada di level II atau waspada.
Ia mengimbau agar warga tidak melakukan aktivitas di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 8 kilometer dari puncak.
Baca juga: BPBD Sebut Kondisi Gunung Semeru Normal meski Kerap Terjadi Erupsi
Selain itu, masyarakat juga dilarang melakukan aktivitas dalam jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
Yudhi juga menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama mengingat curah hujan lebat yang dapat meningkatkan risiko banjir lahar.
"Waspada terhadap potensi awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru," imbaunya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang