LUMAJANG, KOMPAS.com– Sebanyak 900 ekor sapi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) sejak awal November hingga Desember 2024.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Lumajang Retno Wulan Andari menyebut, 70 ekor di antaranya mati akibat terlambat mendapat penanganan medis.
"Data yang masuk ada 900 ekor sapi terjangkit PMK sejak November, 70 ekor sudah mati," kata Retno di Lumajang, Sabtu (4/1/2025).
Baca juga: Vaksin PMK di Aceh Utara Kosong, Warga Harus Beli Sendiri
Ia menjelaskan, 400 ekor sapi sudah sembuh, sementara 430 ekor lainnya masih dirawat.
"400 ekor sudah sembuh, sisanya masih dalam penanganan tim dokter hewan kita," tambahnya.
Penularan di Pasar Hewan
Kepala Bidang Peternakan DPKP Kabupaten Lumajang Endra Novianto mengatakan, kasus PMK rata-rata muncul setelah sapi dibawa pulang pemiliknya dari pasar hewan. Namun, pihaknya belum memastikan apakah penularan berasal dari sapi lokal atau sapi yang didatangkan dari luar Lumajang.
"Rata-rata pulang dari pasar hewan itu mulai sakit. Penyebabnya apakah dari sapi luar atau sapi kita sendiri masih belum tahu," jelasnya.
Di pasar hewan Lumajang, terdapat sapi dari kabupaten tetangga seperti Probolinggo dan Jember. Merebaknya PMK membuat aktivitas jual beli di Pasar Patok Lumajang terlihat lengang pada Jumat (3/1/2025).
Baca juga: Sempat Nihil Kasus, Puluhan Sapi di Kota Kediri Terjangkit PMK
Endra menambahkan, petugas kesehatan hewan diterjunkan setiap hari pasaran untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sapi yang hendak masuk ke pasar.
Jika ditemukan sapi yang membawa virus PMK, hewan tersebut langsung dipulangkan ke kandangnya dan diberi penanganan medis.
"Langkah kami saat ini melakukan screening ke pasar hewan. Kalau ada yang terjangkit PMK, langsung dipulangkan dan ditangani tim medis," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang