Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Banjir Lahar di Lumajang, Tanggul Jebol, Warga Terancam

Kompas.com, 25 November 2024, 05:42 WIB
Miftahul Huda,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Warga Dusun Glendang Petung, Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terus hidup dalam ketakutan akan ancaman banjir lahar.

Ketakutan ini muncul setelah hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi mulai mengguyur wilayah Lumajang sejak pertengahan November 2024.

Hujan deras yang terjadi di kawasan tersebut berpotensi memicu banjir lahar dari Gunung Semeru, yang akan mengalir melalui Sungai Regoyo yang berdekatan dengan permukiman warga.

Masalahnya, tanggul penahan air yang seharusnya melindungi permukiman dari banjir lahar telah jebol sejak 18 April 2024, dan hingga kini belum ada perbaikan yang dilakukan.

Adi Bing Slamet, salah seorang warga Gondoruso, mengungkapkan, berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat, mulai dari berkomunikasi dengan pemerintah desa hingga pemerintah kabupaten, untuk mendesak perbaikan tanggul.

Baca juga: Gunung Semeru Erupsi, Keluarkan Kolom Abu Setinggi 600 Meter

Namun, hingga saat ini, belum ada realisasi dari Pemerintah.

"Tidak ada penanganan, kami minta ini dibuatkan tanggul darurat. Melihat cuaca buruk, kami warga Glendang Petung juga ketakutan karena tanggul ini jebol," kata Slamet di Lumajang, Minggu (24/11/2024).

"Tidak ada penanganan, kami minta ini dibuatkan tanggul darurat. Melihat cuaca buruk, kami warga Glendang Petung juga ketakutan karena tanggul ini jebol," tambah dia.

Kerusakan pada tanggul penahan air di Desa Gondoruso terhitung parah, dengan panjang tanggul yang rusak mencapai 275 meter.

Di balik tanggul tersebut terdapat ratusan hektar sawah dan permukiman warga. Sejak tanggul jebol, setidaknya 20 hektar sawah telah terdampak akibat banjir lahar.

Slamet juga menambahkan, laju air sungai mulai mengarah ke tepi tanggul yang jebol, meningkatkan kekhawatiran warga jika debit air meningkat saat terjadi banjir lahar.

"Airnya juga meripit ke tanggul yang jebol. Kalau ada air yang besar, pasti mengarah ke pertanian yang jumlahnya ratusan hektar di selatan tanggul jebol, termasuk pemukiman warga."

Baca juga: Awas Ancaman Banjir Lahar Hujan Gunung Lewotobi karena Cuaca Ekstrem

"Yang jelas, warga terdampak sudah ada 20 hektar lahan pertanian. Ini kalau banjir lagi, bisa mencapai ratusan hektar," sambung dia.

Darmoko, warga lainnya, mengungkapkan, ketakutan akan banjir lahar membuat warga sulit beristirahat dengan tenang saat hujan turun.

"Secara psikologis, kalau hujan sedikit masyarakat tidak tenang. Mau lari ke mana, bingung. Apalagi kalau hujannya malam, pasti tidak bisa tidur karena takut banjir," ungkap Darmoko.

Ketua RT 2 Dusun Glendang Petung, Mohammad, mengonfirmasi keluhan warga dan mendesak agar tanggul segera dibangun.

Ia juga meminta dilakukan normalisasi aliran sungai agar air kembali mengalir ke tengah sungai, sehingga warga tidak perlu khawatir saat terjadi banjir lahar.

"Selalu itu (perbaikan tanggul) yang disampaikan warga dan juga normalisasi sungai, biar warga ini tidak khawatir lagi," cetus dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau