BANYUWANGI, KOMPAS.com - Calon Gubernur (Cagub) Jawa Timur (Jatim) nomor urut tiga, Tri Rismaharini, mengunjungi Kabupaten Banyuwangi, Kamis (24/10/2024).
Dalam pertemuan yang digelar di Cafe De'Gentong yang ada di Lingkungan Watu Ulo, Desa Resjosari pada malam ini, Risma bertemu dengan para pelaku UMKM yang telah menunggu sejak sore.
Di hadapan para pelaku UMKM inilah, Risma mencicipi kudapan khas Banyuwangi yakni klemben.
"Rasanya enak, tidak manis dan juga tidak asin. Seandainya ini bisa lebih krispi lagi pasti disukai oleh wisatawan luar negeri."
"Saya tidak bisa masak, tapi ini keningarnya harus ditambah sedikit," begitu kometar Risma.
Ia pun sempat bertanya soal harga dari kudapan tersebut. Risma sempat kaget saat tahu makanan yang dicicipinya itu dijual cuma seharga Rp 10.000 dengan isi 20 potong klemben.
"Target penjualan kita nanti keluar negeri. Ibu-ibu nanti buat ukuran lebih kecil dan kemasannya bijian. Dijual satuan, pasti lebih untung," kata Risma kemudian.
Baca juga: Menilik Visi Misi Risma-Gus Hans, Jatim Resik untuk Kesejahteraan Warga
Selain soal klemben, Risma juga mendengarkan curhatan dari warga. Edy -misalnya. Pemilik usaha minuman rempah ini mengaku produknya tidak bisa dijual dalam jumlah maksimal.
"Sudah ditaruh di pusat oleh-oleh tapi tidak maksimal. Di retail, harus produk makanan. Jujur saya kesulitan menjual produk kami. Semoga ibu bisa membantu market pemasaran kami," kata Edy.
Mantan Wali Kota Surabaya tersebut kemudian mengatakan, sepanjang makanan atau minuman enak, maka produk tersebut pasti laku.
"Saat Covid-19, penjualan minuman sehat itu naik 200 persen. Laku semuanya. Ada juga makanan non gluten, yang penting rasanya enak, packing-nya bagus," kata dia.
"Nanti kita bantu packing, branding termasuk perizinan," kata Risma.
Selain itu, ada pelaku bisnis kopi, Darma Setiawan yang mengeluhkan harga kopi yang meroket tinggi, tapi tidak dinikmati oleh petani kopi.
Baca juga: Risma Terima Wejangan Kemandirian Pangan dari Kyai Ghofur di Lamongan
"Harganya dari Rp 40.000 per kilogram menjadi Rp 90.000. Kami kalah dengan pabrikasi."
"Petani butuh uang cash dan pabrik menawarkannya pada petani. Diutangi oleh pabrik. Kami berharap ada koperasi untuk para petani," kata Darma Setiawan.